TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang berbeda pada saat konferensi pers Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang UU Ormas yang digelar di kantor DPP Partai Demokrat, Senin (30/10/2017) kemarin.
Tidak jauh dari SBY berdiri memberikan penjelasan persnya, tampak sosok baru di jajaran pejabat utama partai berlogo bintang mercy ini.
Wajah baru petinggi Partai Demokrat itu bernama Renanda Bachtar.
Dia saat ini dipercaya menjadi Wakil Sekjen yang baru di Partai Demokrat.
“Sikap dan pandangan Partai Demokrat yang disampaikan melalui pernyataan pers yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat SBY segaris dengan sikap konsisten partai kami atas UU Ormas yang patut mendapat perhatian khusus mengingat betapa strategisnya UU yang menyangkut kelangsungan hubungan kemitraan dan partispasi masyarakat dengan negara, yang justru seharusnya lebih diperankan,” ujar Renanda, CEO dari sebuah perusahaan konsultan komunikasi politik dan menjadi salah satu pengurus puncak di Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini.
Baca: Demokrat: AHY The Next Leader, Bertemu Negarawan Belajar Pengalaman
Menurut dia, artai Demokrat setelah mempelajari Perppu Ormas kemudian menyimpulkan bahwa paradigma dan substansi mennyangkut Perppu Ormas ada yang tidak tepat, tidak adil dan tidak sesuai dengan jiwa UUD 1945.
Renanda Bachtar menjelaskan hal itu ketika ditanyakan mengapa terkesan dengan Partai Demokrat paling sibuk menanggapi Perppu Ormas yang saat ini telah menjadi UU Ormas.
Itu jika dibanding partai lain. Hal ini terlihat mulai dari diawalinya sikap menerima Partai Demokrat di sidang paripurnas DPR dengan syarat harus ada revisi, lalu disampaikan lagi oleh SBY dalam pertemuannya dengan Presiden Jokowi di Istana Negara dan terkesan masih belum puas, kemudian diperkuat lagi dalam bentuk pernyataan pers.
Ketika ditanyakan detil pembicaraan SBY dengan Presiden Jokowi di Istana kemarin, Renanda tersenyum lalu menjawab, Detilnya ya ada di pak SBY dan Jokowi. Hal yang bisa saya sampaikan bahwa pertemuan tersebut berlangsung dengan cukup akrab dan sebenarnya cukup banyak hal yang dibincangkan, namun prinsipnya membahas seputar isu-isu yang paling menonjol beberapa bulan belakangan ini," ujar dia.
"Presiden Jokowi menyimak serius sikap dan pandangan yang disampaikan pak SBY tentang sejumlah hal yang belakangan ini menjadi perhatian utama publik, dan pak SBY sampaikan kepada kami bahwa Presiden Jokowi juga menaruh perhatian dan memikirkan serius hal-hal tersebut," ujarnya.
Dikatakan bahwa kalau Presiden bertemu dengan mantan presiden sebelumnya, berbincang dan saling bertukar pikiran mengenai formulasi untuk memajukan bangsa dan negara ini tentunya amat sangat positif dan harusnya menjadi rujukan dan patron sebuah tradisi politik yang baik.
"Mendiskusikan visi seraya menyampaikan aspirasi kan tentu bisa menginspirasi pemimpin-pemimpin lain kelak kemudian. angan justru memberikan keteladanan yang sebaliknyalah,”kata Wakil Sekjen yang pernah bekerja di ANTeve ini.