Tantangan Indonesia sebagai negara dengan beban TB tinggi dalam mengeliminasi TB adalah banyaknya kasus yang belum dinotifikasi, baik karena belum terlaporkan ataupun belum terjangkau.
Oleh karena itu, kegiatan utama adalah untuk menemukan semua kasus TB dan mengobatinya sampai sembuh serta melaporkan kasus tersebut dalam surveilans program.
Hal lain adalah mencegah penularan TB melalui pengendalian faktor risiko baik lingkungan dan rumah sehat, perilaku dan upaya lain yang dilakukan secara terpadu bersama lintas sektoral dan masyarakat.
Demikian dinyatakan oleh Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang PMK, saat menjadi Panelis Diskusi Panel dalam First Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable Development Era yang diselenggarakan di Moskow 16-17 November 2017.
Menko PMK menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk menghadapi tantangan tersebut, strategi yang dilakukan adalah mengatasi hambatan akses layanan bagi pasien TB dengan melakukan penemuan secara aktif melalui pendekatan keluarga.
Selain itu, juga penguatan jejaring layanan melalui pendekatan district based public-private mix dengan melibatkan semua layanan, baik pemerintah maupun swasta dengan kewajiban melaporkan kasus yang diobati.
Penguatan regulasi diperlukan, selain untuk meningkatkan sinkronisasi dan efektitas program juga untuk meningkatkan anggaran program yang selama ini masih banyak tergantung dengan dana donor.
Peta Jalan Eliminasi sudah dibuat seiring dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Strategi Ending TB, yaitu melakukan eliminasi TB pada tahun 2030.
Menko PMK menegaskan bahwa Indonesia bangga dan berkomitmen penuh untuk memperkuat kemandirian dan keberlanjutan eliminasi TB yang meliputi penerapan strategi keluar bantuan eksternal untuk pengendalian TB; melaksanakan skema jaminan kesehatan nasional dan perlindungan sosial; melakukan pendekatan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Serta membangun strategi gabungan publik-swasta berbasis kabupaten; mempraktekkan penemuan dan kemitraan aktif, dan melibatkan kebijakan inovatif dalam pengendalian TB. Ini adalah enam kunci untuk memperbaiki akses dan jangkauan kasus TB yang sebelumnya belum terjangkau.
Terkait dengan peningkatan penemuan, pencegahan dan promosi eliminasi TB, Indonesia telah menerapkan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga dengan melakukan kunjungan ke rumah untuk melakukan skreening dan menemukan tersangka TB, melihat faktor risiko dan perilaku keluarga dalam penlaran TB, melakukan edukasi serta melakukan pemantauan kepatuhan minum obat.
Untuk pengendalian faktor risiko TB dan kesehatan, Indonesia menjalankan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat untuk memotivasi masyarakat agar berperilaku hidup sehat.
“Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mencapai Penghapusan TBC pada tahun 2030 sebagai bagian dari Agenda Pembangunan Nasional”, tegas Puan Maharani.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M (K) yang bersama Menko PMK menghadiri Konferensi ini, menegaskan pentingnya kolaborasi multi-sektor, baik pemerintah pusat dan daerah, bisnis, dan masyarakat sipil serta berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja bersama-sama mengakhiri TB dan menjadikan TB sebagai urusan bersama.
First Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable Development Era dibuka oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan dihadiri oleh 75 Menteri Kesehatan dan lebih dari 900 delegasi dari lebih dari 100 negara.
Pertemuan yang juga dihadiri oleh Dirjen WHO, Thedros Adanom Ghebreyesus dan Deputi Sekjen PBB, Amina Muhammed, akan menghasilkan Deklarasi Moskow yang berisikan komitmen para Menteri Kesehatan untuk meingkatkan upaya mengakhiri TB global pada tahun 2030. (*)