Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham menegaskan, pencalonan Joko Widodo sebagai calon presiden dalam Pilpres tahun 2019, oleh Partai Golkar adalah hal yang final.
Hal itu diungkapkan Idrus saat bertemu Presiden Jokowi.
Menurutnya, dalam pertemuan itu Jokowi menyampaikan keinginanya agar Partai Golkar lebih maju ke depan.
Baca: Cerita Keluarga Soal Kondisi Kesehatan Bondan Winarno
"Nah bagi saya, gimana supaya Golkar maju, maka diperlukan kepemimpinan yang kuat. Dimana yangbersangkutan (calonnya) memiliki basis ideologis, konseptual, jaringan yang kuat," kata Idrus saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Rabu (29/11/2017).
Idrus yang mengaku siap menjadi ketua umum partai berlambang pohon beringin ini menjelaskan, menjadi orang nomor satu di Golkar itu bukan belajar memimpin, tetapi memimpin seutuhnya.
"Apalagi jadi ketum, bukan belajar memimpin. Tapi menjadi pemimpin yang hakiki, yang otentik, untuk jadi pemimpin otentik maka itu tadi, perlu basis ideologi, konseptual dan jaringan yang mengakar," katanya.
Namun saat ditanya dirinya ingin membandingkan sosok yang disebut-sebut cocok menggantikan Setya Novanto, Idrus membantah.
"Bukan membandingi, itu ideal, siapapun yang bicara pasti bicara itu. Saya hanya ingin dipilih dan ada ridho Allah. Dan saya hormat kepada Pak Jokowi, karena selama ini sudah punya komitmen, gimana Golkar ini bisa maju, karena Golkar sudah dukung beliau, itu kan luar biasa," kata Idrus.
Diketahui, sejumlah pihak mendorong Golkar untuk segera menggelar Munaslub.
Namun DPP Partai Golkar sudah mengambil beberapa sikap dalam Rapat Pleno sebagai respons atas ditahannya Setya Novanto di Rumah Tahanan (Rutan) KPK pada hari Minggu (19/11/2017) lalu.
Dalam rapat tersebut diputuskan Idrus Marham menjadi Plt Ketum Golkar sampai ada keputusan praperadilan Setya Novanto. Selanjutnya jika praperadilan ditolak, Golkar akan meminta Novanto mundur dan digelar munaslub.