TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mirwan Bz Vauly, kader muda Golkar, menyampaikan bahwa publik lelah dan cenderung mual menyaksikan akrobatik menyedihkan tentang Partai Golkar selama dua tahun terakhir ini.
Mirwan mengatakan Partai Golkar terus menerus lebih banyak membuat kisah kelam di laman koran, media sosial dan layar-layar kaca televisi, ketimbang menorehkan prestasi.
Ujung periode Aburizal Bakrie, kata Mirwan dicatat sejarah menghempaskan Golkar dalam kisah panjang pertarungan kelam dua kubu. Karena sang ketua umum saat itu masih memaksakan diri menjabat dua kali di tengah kerasnya penolakan kader yang begitu tinggi.
"Kali ini Golkar dimasa Setya Novanto kembali menulis kisah lebih suram lagi. Korupsi dan intrik akrobatik politik semata, Pansus KPK, dan selalu cenderung berada di pihak yang melawan kehendak publik," ujar Mirwan, melalui pesan singkat, menanggapi rapat pleno yang dilangsungkan hari ini, Rabu (13/12/2017).
Golkar era Setya Novanto, menurut Mirwan, jarang tampil berdiri paling depan menemani nelayan-nelayan miskin melawan nelayan pemilik pukat harimau.
Golkar tak begitu tampak pada perjuangan nasib buruh, pada anak-anak miskin yang tak sanggup membayar uang sekolah, pada rakyat yang masih kesulitan menjangkau rumah sakit.
"Kepada ibu-ibu tertindas karena tanahnya dijarah orang-orang serakah, apalagi soal derita merana kemanusiaan di belahan negara lain," ujarnya.
Golkar jarang terlihat di debat publik tentang betapa malangnya Indonesia karena sampah dan lingkungan yang terus-menerus memburuk.
Tak juga banyak hadir di realitas kebencian masyarakat pada korupsi yang tidak ada tanda berhentinya.
Mirwan menegaskan bahwa Golkar sepi mengisi kerinduan umat pada keadilan sosial yang hakiki.
"Mau kemana partai Golkar?" katanya.
Apakah masih juga betah tinggal di kawah bejana saling memanah dan lupa kalau publik diluar menunggu keberpihakan, pendampingan dan perhatian perhatian politik.
"Kita tunggu hasil pleno hari ini. Mau menuju kemana jiwa dan raga partai golkar membawa bangsa dan negara Indonesia," ujarnya.