TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia harus menjaga kerukunan dan menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama untuk memperkokoh persatuan bangsa.
Itu mutlak harus dilakukan karena Indonesia negara majemuk yang terdiri dari berbagai agama, suku, budaya, bahasa yang berbeda-beda
“Kemajemukan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki negara lain. Ini harus terus kita jaga demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tadulako (Untad), Palu, Sulawesi Tengah, DR. Muzakir Tawil, M.Si, Selasa (26/12/2017)
Pria yang juga tokoh masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) ini menuturkan, untuk mencegah terjadinya gesekan sosial, agama dan juga masalah pemahaman kebangsaan, bangsa Indonesia harus selalu memegang pemahaman ideologi Pancasila secara dasar.
“Ideologi Pancasila itu memberikan kebebasan terhadap semua agama di Indonesia ini untuk meyakini keyakinannya. Misalnya dimana yang Islam meyakini keyakinannya, sementara yang lain Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu itu saling menjaga toleransi masing-masing dan diberikan pula kebebasan beribadah. Begitu juga sebaliknya,” ujar pria yang juga Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulteng ini
Dirinya berpendapat bahwa peran negara melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama FKPT di daerah dirasa sangat penting dalam menjaga keberagaman dan keharmonisan antar umat beragama itu.
“Oleh karena itu yang dilakukan adalah saling menghargai, saling menghormati keyakinan masing-masing, tidak ada yang merasa lebih besar dan tidak ada yang merasa lebih kecil, semuanya sama,” kata pria yang juga Ketua Jurusan Administrasi Negara STISIP Panca Bhakti Palu
Selama ini, lanjutnya, dalam menjaga kerukunan tersebut pihaknya juga selalu memberikan sosialisasi melalui dialog kepada masyarakat untuk mencegah paham-paham yang dapat memecah keutuhan bangsa ini seperti paham radikalisme dan terorisme.
“Sentimen agama itu harus kita cegah. Ini kita lakukan pada basis-basis terbawah, dimulai dari keluarga lalu melebar ke lingkungan masyarakat mulai dari RT/RW lalu dibesarkan lagi ke sekolah, madrasah, universitas lalu ke kelompok-kelompok agama yang lain . Kita berikan pemahaman yang benar ke mereka dengan melakukan dialog untuk menyamakan persepsi dan pemahaman bahwa bangsa ini sejak awal berdiri dibentuk karena keberagaman tersebut,” kata Sekjen Ikatan Alumni Universitas Tadulako ini.
Pihaknya juga selalu berusaha dalam setiap kegiatan dialog selalu mengedepankan sikap menghargai dan menjunjung tinggi toleransi antar sesama umat. Ia sangat memahami bahwa apabila terjadi gesekan yang sifat dan arahnya kepada keyakinan tentunya bisa membuat negara ini hancur.
“Tetutama kepada anak-anak muda atau generasi muda, mereka kita bekali pemahamam tentang keheterogenan kita, kemajemukan yang kita miliki. Karena ini adalah modal besar bagi kita dalam membendung paham-paham dari luar yang merusak keutuhan. Intinya kami selalu berusaha membentengi generasi muda dengan pemahaman yang benar,” paparnya.
Tak hanya terhadap generasi muda, demikian pula terhadap usia lanjut juga harus diletakkan dasar-dasar mengenai ideologi dan pemahaman Pancasila serta Kebhinnekaan yang dimiliki negara Indonesia yang harus dijaga secara utuh.
“Ideologi Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa harus melekat pada mereka, kalau tidak tentu akan sangat berbahaya,” ujar Ketua Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Sulteng ini.
Lebih lanjut ia memberikan gambaran situasi di Sulawesi Tengah kondisinya sudah kondusif. Barometer kondusif di Sulteng itu selalu mengarah ke Kabupaten Poso yang sekarang ini sudah jauh lebih baik dibanding sejak konflik komunal pada masa lalu.
“Kehidupan masyarakat di Poso sudah normal, pembangunan sudah berjalan baik, bahkan mall juga sudah berdiri. Apabila kondisi ekonomi sudah baik itu berarti perkembangan situasi di wilayah tersebut sudah kondusif sehingga gerak masyarakat, baik aktivitas sosial, ekonomi, keagamaan termasuk aktivitas kepemerintahan sudah berjalan dengan baik dan normal,” urai Sekretaris Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sulteng.
Situasi Poso yang kondusif ini, menurutnya akan menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat Poso sendiri bahwa kondisi daerahnya sudah bagus dan memberikan kepercayaan kepada masyarakat di luar.
Di bidang ekonomi bisa memberikan kepercayaan kepada investor untuk masuk menanamkan modalnya untuk menggerakkan ekonomi.
“Secara umum Sulteng itu sudah berada pada tahapan yang kondusif. Hampir tidak ada teror bom, kerusuhan atau penangkapan-penangkapan, Apalagi gembong-gembong teroris yang berada di Poso sedikit demi sedikit sudah berkurang sejak Santoso tertembak aparat keamanan. Situasi aman karena kesadaran masyarakat dalam upaya menjaga toleransi ini yang harus dilakukan dan dijaga masyarakat,” jelasnya.