TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Firman Wijaya, penasihat hukum Ketua (nonaktif) DPR RI selaku terdakwa kasus dugaan korupsi e-KTP Setya Novanto, sempat kesal lantaran pihak KPK sempat menyatakan akan membawa kliennya untuk berobat ke RSCM Jakarta.
Padahal, majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta yang menangani perkara Novanto telah mengabulkan permohonan pengobatan dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto.
Firman menceritakan, belum lama ini dirinya selaku penasihat hukum Novanto juga sempat mendapat perlakuan yang membuat tanda tanya saat menemui kliennya di Rutan KPK.
Firman mengaku diminta petugas rutan untuk membuka sepatu hingga kaus kaki saat ingin menemui kliennya.
"Ini saya mau ketemu disuruh buka sepatu sampai kaos kaki. Ini kliennya saya yang sekarang. Saya enggak tahu knp. Mungkin di kaus kakinya saya ada merek e-KTP kalee. Yang bener aja," ujar Firman saat dihubungi, Jumat (29/12/2017).
Baca: Serial Drama yang Dipertontonkan Setya Novanto Berakhir di Pengujung Tahun 2017
Firma mengaku tidak tahu apa yang membuat dirinya selaku penasihat hukum dari tahanan KPK harus diperiksa sedetail itu.
"Saya deriksa x-Ray sudah, difoto muka sudah. Saya bilang, apa enggak sekalian pakai pegang papan dan nomor pak motonya. Pas gitu disuruh duduk. Lalu petugasnya datang lagi, saya bilang ada apa lagi. Katanya, mohon maaf pak, sepatu dan kaos kakinya dibuka. Yaelah..., bener-bener dah. Malah nungguin di dalamnya lama banget sampai mulut kering," ujar Firman seraya terkekeh.
"Coba kalau kaos kaki saya beda sebelah, kan malu saya. Karena saya pernah kalau mengajar di kelas, pas sadar kaus kaki ketukar beda sebelah karena buru-buru. Malah nungguin di sana smape mulut kering. Yah pening aku," imbuh pengacara yang juga mengajar di Universitas Krisnadwipayana dan Universitas Tarumanegara Jakarta itu.
Firman juga mengaku sempat mendapat kesulitan saat mengurus administrasi berobat untuk Novanto.
"Malah kemarin pas ngurus surat izin, saya dikerjain sampai jam setengah 5 sore. Katanya kurang ini lah, kurang itu lah. Sampai-sampai duit Rp 2 ribu kembalian parkir di dompet disuruh dikeluarin dan diminta keluar lagi ke bagian penitipan di depan rutan," katanya.
"Yeilah.. saya bilang duit Rp 2 ribu buat apa pak. Ya kali duit segitu buat beli kopi Pal Nov. Kopi apaan uang segitu, mau beli dimana di dalam (rutan)," sambungnya.
Bagaimana respons Novanto mengetahui kejadian itu?
"Pak Nov cuma bengong...aja kelihatin," ujarnya.