Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang diumumkannya Bakal Cagub dan Cawagub dari Partai PDI Perjuangan, mantan Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat menyampaikan penilaiannya untuk provinsi Sumatera Utara (Sumut), terkait permainan isu SARA.
Ia pun menyebut Sumut berbeda dengan ibukota, provinsi tersebut dikenal sebagai daerah yang memiliki masyarakat heterogen dan menghargai perbedaan (kebhinekaan).
"Saya pikir warga Sumut sangat berbeda, (masyarakatnya) heterogen dan bhinneka tunggal ika," ujar Djarot, saat ditemui di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018).
Sehingga ia tidak khawatir dengan adanya permainan isu, seperti yang sebelumnya terjadi di ibukota pada Pilkada DKI 2017.
Terlebih soal isu 'putra daerah' yang bisa memimpin Sumut, menurutnya, banyak warga setempat yang tidak keberatan jika dipimpin oleh tokoh yang bukan merupakan asli maupun kelahiran Sumatra Utara.
"Saya temukan di sana sudah nggak ada masalah lagi, termasuk isu soal putra daerah, kan ditanyakan juga, dan mereka jawab nggak apa-apa," jelas Djarot.
Mantan Wali Kota Blitar itu pun mengakui bahwa dirinya memang bukan putra Sumatra Utara, namun ia menegaskan, ia merupakan putra Indonesia.
"Saya juga sampaikan, memang saya bukan putra Sumut, (tapi) saya putra Indonesia," tegas Djarot.
Selain itu Djarot juga menyampaikan kepada warga setempat dalam kunjungannya beberapa waktu lalu ke Sumut, terkait banyaknya warga asli provinsi itu yang mendapatkan tempat saat berada di tanah Jawa.
"Saya juga sampaikan, banyak putra Sumut yang juga mendapatkan apresiasi ketika di Jawa," kata Djarot.
Lebih lanjut pria asli Jawa Timur itu menyebutkan sejumlah nama putra daerah Sumut yang diterima secara baik oleh masyarakat Jawa.
Dua diantaranya adalah anggota DPR RI sekaligus politisi PDIP Maruarar 'Ara' Sirait serta politisi PDIP lainnya, Mindo Sianipar.
Adanya dua nama tokoh tersebut yang melebarkan karir politiknya di tanah Jawa, membuatnya beranggapan bahwa warga Sumut telah terbiasa merantau.