TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam kesaksiannya di Pengadilan Tipikor Jakarta untuk terdakwa Setya Novanto di kasus dugaan korupsi e-KTP, Senin (22/1/2018) Charles Sutanto Ekapradja yang merupakan mantan Country Manager HP Enterprise Services mengaku tiga kali bertemu dengan Setya Novanto.
Di hadapan majelis hakim, Charles mengaku pertemuan pertama dirinya diajak oleh pengusaha Made Oka Masagung ke rumah Setya Novanto di kediaman Setya Novanto, Jl Wijaya, Jakarta Selatan.
"Pertemuan pertama itu pas magrib, saya ikut mobil Pak Made Oka ke rumah terdakwa (Setya Novanto). Disana saya ditanya punya keahlian apa. Lalu Pak Made Oka dan Pak setya Novanto ngobrol pindah ruangan. Saya tidak tahu mereka bicara apa. Lalu saya diajak pulang, saya tanya Pak Made Oka soal pertemuan, dia jawab ikuti saja prosesnya," ungkap Charles.
Pertemuan kedua, lagi-lagi Made Oka mengajak Charles untuk makan siang di sebuah ruangan besar atas di Gedung DPR atas undangan Setya Novanto. Disana turut hadir pula tamu-tamu undangan yang lain.
Lanjut pertemuan ketiga, Charles diminta hadir ke rumah Setya Novanto. Saat itu sudah pukul 21.00 WIB, setibanya di rumah Setya Novanto, Charles ditanya soal biaya kartu penduduk elektronik.
Baca: Tingkatkan Nilai Tambah, Jokowi Imbau Petani Jual Hasil Panen Dalam Bentuk Beras
Dia menjawab biaya yang dibutuhkan sekitar USD 2,5 sampai USD 3 per id. Lalu dia juga ditanya apakah bisa menggunakan chip dari negara lain.
Charles menjelaskan itu menjadi pertemuan terkahirnya dengan Setya Novanto. Sebab kerja sama antara HP dan Setya Novanto dalam pengadaan perangkat lunak dalam proyek tersebut gagal berlanjut.
"Nggak dapat proyek. Tidak jadi kesepakatan harga dengan perusahaan Pak Marliem," tegasnya.
Masih menurut penuturan Charles, semuanya bermula saat tahun 2010 dirinya ditelepon Direktur Biomorf Lone LLC, Johannes Marliem terkait kerja sama HP dalam proyek pembuatan identitas berbasis elektronik di Indonesia. Adapun Charles kala itu bekerja sebagai Country Manager HP Enterprise Services.
Charles meminta waktu untuk melakukan pengecekan apakah benar ada kerja sama itu. Sebab setahu dia? Ada proyek serupa di tahun 1990-2000an namun tidak berjalan.
Karena tidak ada kejelasan informasi, dia lantas menghubungi rekannya Made Oka Masagung. "Saya telepon teman, saya pikir punya info tersebut. Yaitu Made Oka. Saya tanya beliau tahu nggak ada proyek ini. Kalau boleh dikenalain," ujarnya.
Sekitar sebulan kemudian, Made Oka meneleponnya dan meminta untuk datang ke kantornya di Jakarta.
"Saya datang ke kantornya disuruh ikut pakai mobil dia, diajak ke rumah Pak Novanto. Itu awal mulanya sampai ada pertemuan ketiga," kata Charles.