Dalam kasus ini bisa jadi orangtua terutama ayah dari pelaku sering mencontohkan perilaku berupa tindak keburukan berupa kekerasan, semisal pemukulan.
"Kalau kepribadian anak, biasanya ada dorongan dan tekanan dalam diri yang bisa membentuk perilaku tertentu. Dalam hal ini nampaknya si anak ingin eksis atau mendapat perhatian namun tertekan karena tindakan guru,"paparnya.
Selain itu, kepribadian juga terbentuk karena peranan super ego yang berangkat dari nilai aturan dan norma yang diyakini sejak kecil.
Norma nilai aturan ini berangkat dari keluarga terdekat dan masyarakat sekitar. Nampaknya super ego yang dimiliki si anak tidak cukup kuat untuk menjadi pertimbangan dalam tindakannya.
Sehingga ketika melawan atau membalas gurunya, ia melupakan nilai kesopanan, kebajikan, penghormatan pada orang yang lebih tua.
"Sikap agresi yang dimiliki sudah menjadi caranya menyelesaikan masalah atau merupakan mekanisme pertahanan diri," pungkasnya.
Penulis: Sulvi Sofiana