News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penyerangan Tempat Ibadah

PP Pemuda Katolik: Negara Tak Boleh Kalah oleh 'Orang Gila' yang Rusak Persatuan Indonesia

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Capture dari rekaman video amatir ketika seorang pria bersenjata pedang mengamuk di Gereja St Lidwina Sleman, Minggu (11/2/2018).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengurus Pusat (PP) Pemuda Katolik mengutuk keras aksi penyerangan di Gereja Stasi Santa Lidwina Bedog, Paroki Kumetiran, Sleman, Yogyakarta, serta sejumlah aksi kekerasan terhadap tokoh dan umat beragama di Bantul, Tangerang, dan Bandung.

Ketua Umum Pemuda Katolik, dr Karolin Margret Natasa menegaskan sikap PP Pemuda Katolik menyikapi aksi penyerangan terhadap umat yang sedang beribadah dan seorang pastor di Gereja Stasi Santa Lidwina Bedog, Paroki Kumetiran, Sleman, Yogyakarta dan Aksi-aksi intoleransi dan kekerasan terjadi cukup masif akhir-akhir ini.

"Mencermati aksi-aksi kekerasan tersebut, kita merasakan bahwa Pancasila sebagai dasar negara seperti terus digerus oleh gerakan sistematis para aktor yang ingin merusak perdamaian dan persatuan di Indonesia," tegas Bupati Landak ini kepada Tribunnews.com, Senin (12/2/2018).

Pemuda Katolik juga mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas serta mengungkap motif dan aktor di balik para pelaku. 

Kasus-kasus intoleransi harus diselesaikan dengan tuntas dan transparan agar tidak mendorong terjadinya aksi-aksi serupa di masa yang akan datang.

"Negara tidak boleh kalah dengan "orang gila" yang merusak persatuan dan kebebasan beribadah di Indonesia," ujar Calon Gubernur Kalimantan Barat ini.

Baca: Dugaan Tentang Hiburan Malam untuk Prostitusi, Sandi Ingin Tunggu Investigasi Disparbud

Baca: Olah TKP Tabrak Lari Pesepeda di Jl Gatot Subroto, Polisi Gunakan Teknologi Scanner 3 Dimensi

Pada Minggu (11/2/2018), telah terjadi aksi penyerangan terhadap umat yang sedang beribadah dan seorang pastor di Gereja Stasi Santa Lidwina Bedog, Paroki Kumetiran, Sleman, Yogyakarta. Senjata tajam yang digunakan pelaku melukai sejumlah umat dan Romo Karl Edmund Prier, SJ sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. 

Sebelumnya, di Yogyakarta juga terjadi aksi pembubaran paksa terhadap acara Bakti Sosial yang diselenggarakan Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan, Banguntapan, Bantul. 

Beberapa hari yang lalu terjadi aksi persekusi yang dialami Biksu Mulyanto Nurhalim di Kabupaten Tangerang, Banten. 

Serangan dan penganiayaan terhadap tokoh agama dialami oleh KH. Umar Basri (ulama dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicalengka Bandung) pada tanggal 27 Januari 2018 dan Ustaz Prawoto pada tanggal 1 Februari 2018. Ustaz Prawoto meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit.

Pemerintah melalui Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) baru saja menyelenggarakan Musyawarah Besar untuk Kerukunan Bangsa yang dihadiri 450 pemuka agama. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 8-10 Februari 2018 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta

"Mencermati aksi-aksi kekerasan tersebut, kita merasakan bahwa Pancasila sebagai dasar negara seperti terus digerus oleh gerakan sistematis para aktor yang ingin merusak perdamaian dan persatuan di Indonesia," tegas Bupati Landak ini kepada Tribunnews.com, Senin (12/2/2018).

Pemuda Katolik juga mendesak aparat penegak hukum mengusut tuntas serta mengungkap motif dan aktor di balik para pelaku. 

Kasus-kasus intoleransi harus diselesaikan dengan tuntas dan transparan agar tidak mendorong terjadinya aksi-aksi serupa di masa yang akan datang.

"Negara tidak boleh kalah dengan "orang gila" yang merusak persatuan dan kebebasan beribadah di Indonesia," ujar Calon Gubernur Kalimantan Barat ini.

Menurutnya, Pemerintah dan aparat penegak hukum harus hadir dan tidak takut terhadap kelompok-kelompok yang mengancam persatuan dan kebebasan beribadah di Indonesia.

Mantan anggota DPR RI ini pun mengajak segenap umat Katolik dan masyarakat untuk berani mencegah aksi-aksi kekerasan dan menjadi benteng utama persatuan. 

"Jangan mau diadu domba oleh kelompok-kelompok yang ingin merongrong Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita semua harus aktif teribat memutus mata rantai kekerasan dan intoleransi," serunya.

Berkaitan dengan pelaksanaan Pilkada serentak Tahun 2018, PP Pemuda Katolik mendorong dan mengajak setiap peserta Pilkada agar tidak menggunakan sentimen agama demi mengejar kekuasaan semata. Jangan mengorbankan masa depan bangsa demi memenuhi ambisi politik pribadi dan kepentingan sesaat.  

PP Pemuda Katolik juga menginstruksikan kepada seluruh Pengurus dan Anggota Pemuda Katolik di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan, serta senantiasa membangun dialog dan kerjasama dengan organisasi kepemudaan di wilayahnya masing-masing dalam rangka mewujudkan persatuan, kekeluargaan dan toleransi sesama anak bangsa.   

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini