TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Survei Median dalam hasil survei yang dirilis hari ini Kamis (22/2/2018) mencatat Joko Widodo hanya memiliki basis suara pendukung yang kuat di tiga partai yaitu PDIP (70,5 persen sampel pemilih partai ini juga mendukung Jokowi), Nasional Demokrat (72,4 persen), dan PKB (49,3 persen).
Meskipun begitu Jokowi lebih unggul dari sosok-sosok lain termasuk Prabowo Subianto di beberapa partai seperti Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan di Perindo Jokowi hanya kalah dari sang Ketua Umum yaitu Hary Tanoesoedibjo.
Uniknya pemilih Jokowi di kalangan pemilih Partai Demokrat lebih tinggi dibandingkan suara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Jokowi meraup 22,5 persen suara pemilih Demokrat mengalahkan suara SBY (20 persen) dan AHY (17,5 persen). Suara Jokowi bisa lebih besar karena dinilai lebih senior dibandingkan AHY, sementara SBY sudah mengumumkan tidak akan maju di Pilpres 2019,” terang Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun di Restoran Bumbu Desa Cikini, Jakarta Pusat.
Baca: Jaksa: Eksepsi Fredrich Berisi Curhat hingga Kekesalan Membantah Fakta di Dakwaan
Menurutnya “brand” Yudhoyono di kalangan pemilih Demokrat masih tetap lebih tinggi dibandingkan Jokowi jika suara SBY dan AHY digabungkan.
“Pekerjaan rumahnya hanya meyakinkan suara SBY dialihkan ke AHY karena SBY sudah menyatakan AHY sebagai pemimpin masa depan, kenapa tidak disatukan saja suaranya,” katanya.
Rico menambahkan fakta bahwa hanya tiga partai pengusung Jokowi yang memberikan sumbangan terbesar suara dalam survei Median ini bisa memberikan citra negatif pada dirinya.
“Bisa ditafsirkan Jokowi tidak bisa mempengaruhi pemilih partai pengusungnya untuk memilih dirinya. Seperti tagline “Golkar Partaiku, Jokowi Presidenku” tidak berarti karena nyatanya sebagian besar pemilihnya menuju ke Prabowo (35,2 persen),” ujarnya.