Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan pantauan titik panas(hotspot) dalam 24 jam terakhir dari satelit Aqua, Terra, SNNP pada catalog modis LAPAN pada Rabu (21/2/2018) pukul 07:23 WIB dengan kategori sedang (30-79 persen) dan tinggi (lebih dari 80 persen) terdapat 90 hotspot di Indonesia.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, untuk kategori sedang ada 78 hotspot.
Yaitu Papua Barat sebanyak 2 titik, Kalimantan Barat 23 titik, Kep. Riau 4 titik, Kalimantan Tengah 12 titik,Jawa Barat 14 titik, Jawa Timur titk 2, Jawa Tengah 3 titik, Papua 4 titik, Maluku 2 titik, Kep. Bangka Belitung 1, Riau 9, Maluku Utara 1 dan Sumatera Selatan 1.
Sedangkan kategori tinggi yaitu benar-benar sedang terbakar ada 12 hotspot yang tersebar di Kalimantan Barat 5, Kep. Riau 2, Kalimantan Tengah 3, Kep.Bangka, Belitung 1 dan Riau 1.
Baca: Apa yang Dibicarakan Messi, Luis Suarez, dan Pemain Chelsea Ini?
"Jumlah titik panas (hotspot) terus meningkat. Dalam seminggu terakhir hotspot di Kalimantan Barat banyak ditemukan. Bahkan Kota Pontianak terselimuti asap karhuta," ujar Sutopo kepada wartawan, Rabu (21/2/2018).
Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), maka dilakukan operasi darat, operasi udara, operasi penegakan hukum, operasi patroli dan sosialisasi, operasi pelayanan kesehatan dan berbagai upaya lain.
Personil gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Damkar, Satpol PP, masyarakat peduli api, dunia usaha dan relawan dikerahkan untuk mengatasi karhutla.
Sejauh ini menurutnya, BNPB masih menyiapkan dukungan pesawat untuk hujan buatan dan helikopter water bombing.
"Bantuan logistik dan peralatan yang sebelumnya telah didistribusikan ke berbagai BPBD saat ini digunakan untuk pemadaman," jelasnya.
Siaga Darurat Karhutla
Empat provinsi sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) empat provinsi itu adalah Sumatera Selatan (1 Februari-30 Oktober 2018), Riau (19 Februari- 31 Mei 2018), Kalimantan Barat (1 Januari- 31 Desember 2018) dan Kalimantan Tengah (20 Februari-21 Mei 2018).
"Gubernur menetapkan status siaga darurat karhutla berdasarkan pertimbangan telah ditetapkannya beberapa kabupaten/kota di wilayahnya yang menetapkan siaga darurat karhutla, adanya peningkatan jumlah titik panas (hotspot), masukan dari BPBD dan pengalaman pengananan karhutla sebelumnya," jelas Sutopo.
Baca: AAJI Gelar Acara Puncak DRiM 2018
Dengan pemberlakuan siaga darurat maka, menurutnya, ada kemudahan akses dalam penanganan karhutla, baik pengerahan personil, komando, logistik, anggaran dan dukungan dari pemerintah pusat.
"Jalur komando penanganan lebih mudah koordinasinya," jelas Sutopo.
Apalagi imbuhnya, daerah- daerah yang berada di sekitar garis khatulistiwa saat ini memasuki musim kemarau periode pertama seperti Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah yang memiliki pola hujan ekuatorial.
Kemudian antara pertengahan Januari hingga Maret kemarau pertama. Lalu Maret-Mei masuk musim penghujan dan selanjutnya Juni-September kemarau kedua yang lebih kering.
Karhutla umumnya meningkat pada periode kedua musim kemarau ini.
"Ini sesuai pola hujan ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks," jelasnya. (*)
Simak videonya di atas!(*)