News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Anhar Gonggong: Pancasila Adalah yang Mempersatukan Kita dari Segala Perbedaan Yang Ada

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anhar Gonggong

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia telah dirumuskan oleh para pemimpin bangsa kita sejak sebelum negara ini merdeka untuk menjadi alat pengikat dari berbagai suku, agama, ras dan golongan yang ada Indonesia  dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Karena jika tidak ada pengikat dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia, tentunya bangsa ini tidak akan bisa bersatu.

“Harus diingat bahwa  semua suku bangsa ini dulu sebenanrya adalah negara. Dimana dia mendirikan Negara, ada berapa banyak kerajaan di Indonesia. Paling tidak ada 30-an kerajaan yang dianggap besar, bahkan dihitung yang kecil-kecil bisa sampai 500-an. Itulah yang menjadi Indonesia. Kalau tidak ada pengikatnya ya bisa bubar. Tapi karena ada pengikat yang namanya Pancasila ya kita sampai sekarang Alhamdulillah tetap bisa bersatu. Posisi pentingnya Pancasila ya disitu,” ujar Sejarawan Indonesia, Dr. Anhar Gonggong, Rabu (28/3/2018).

Menurutnya, Indonesia ini adalah negeri yang berpenduduk majemuk dengan sekian banyak etnik. Ada 15 etnik yang penduduknya lebih dari 1 juta orang seperti  Jawa dan Sunda. Namun ada juga etnik kelompok kecil seperti salah satu suku di Papua yang  berjumlah hanya sekitar 100-an keluarga. Meski secara geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau, namun sejatinya bangsa ini dipersatukan oleh laut dan sungai.

“Harus dipahami bahwa laut dan sungai itu bukan pemisah. Tapi dia justru alat pemersatu. Orang tidak mungkin ke pulau yang lain kalau tidak lewat laut atau  lewat sungai dan sebagainya.  Keadaan kita yang hiterogen, majemuk, dan pluralistik ini  tidak mungkin kita itu bersatu dalam satu negara kalau tidak ada alat untuk mengikat,” ujar pria yang juga pengajar di Lemhanas RI ini.

Karena kalau ini tidak diikat dalam satu kesatuan menurutbya, tidak mungkin kita semua masyarakat Indoneia ini bisa  menjadi satu dan  bersatu.  

Namun harus diingat  bahwa orang bisa satu tapi belum tentu bersatu Kita bisa menjadi bangsa Indonesia tapi belum tentu bersatu. Dirinya menontohkan, Korea, satu Bangsa dua negara.  Demikian pula dengan China, yang  mungkin bisa bisa dikatakan ada Republik Rakyat Tiongkok yang besar penduduknya, tapi ada Taiwan, lalu ada Singapura yang juga mayoritas China.

“Jadi ada Satu Bangsa tapi belum tentu bisa bersatu, bahkan bisa berkelahi.  Arab ngaku Satu Bangsa Arab, tapi negaranya ada  berapa? Oleh karena itu apa alat yang bisa mengikat ini yang satu supaya bersatu, yakni Pancasila,” ujarnya..

Mantan  Direktur Sejarah dan Nilai Tradisional di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI ini mengatakan,

dalam sejarah Indonesia, tidak mungkin bangsa ini merdeka kalau  tidak ada kerjasama antara kekuatan nasionalis dan kekuatan nasionalis agama.  “Dan Pancasila sendiri adalah hasil rumusan bersama dari dua kekuatan itu. Jadi kalau ada orang Islam yang mengatakan Pancasila bukan milik dia, maka  dia nggak ngerti perjalanannya. Nah ini yang harus dipahami orang,” ujarnya.

Milhat sejarah tersebut maka pria kelahiran Pinrang, Sukawesi Selatan, 14 Agusts 1943 ini mengatakan, kalau ada orang yang mau mengganti Pancasila maka sejatinya orang tersebut tidak mengerti kenyataan sosiologis dan antropologis bangsa Indonesia ini. Karena sebagai negara kepulauan, Indonesia dalam pengertian geografis itu dihubungkan atau dipersatukan oleh sungai dan laut.

“Ada  Jawa, ada Sumatera, ada Kalimantan dan sebagainya. Di situ semua ada laut dan sungai sebagai pemersatu bangsa ini. Jadi secara geografis kita harus mencari, merumuskan sesuatu yang bisa mempersatukan kita,” ujanrya.

Karea secara antropologis suku bangsanya begitu banyak, secara historis kerajaan yang di atas wilayah ini juga cukup banyak  sehingga kita merumuskan diri kita sebagai bangsa baru dan untuk  kemudian menegakkan negara, dan diperlukan alat untuk mengikat yang namanya Pancasila tadi .

“Alhamdulillah Bung Karno berwsama pemimpin-pemimpin kita bersepakat bahwa kita buat dasar yang namanya Pancasila yang 5 sila itu untuk mempersatukan kita semua ini,” ujarnya.  

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini