Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara mendapatkan kejuaraan di ajang internasional.
Halmahera Selatan menyisihkan sedikitnya 700 peserta dari berbagai Negara dalam lomba yang digelar WSIS Prizes yang merupakan ajang penghargaan bergengsi yang diinisiasi oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Swiss.
Baca: Polisi Tangkap Pengedar Uang Palsu Senilai Rp 6 Miliar
Dalam ajang tersebut, Halmahera Selatan mengikuti lomba kategori e-Health melalui program Lacak (Laporan Cepat Kasus) Malaria yang diinisiasi Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan dibawah kepemimpinan Bupati Halmahera Selatan, Bahrain Kasuba.
Di kategori ini, Halmahera Selatan tembus 5 besar bersama dengan peserta dari China dan Argentina.
“Maluku Utara dan Indonesia patut berbangga. Tahun 2018 ini Halmahera Selatan diundang untuk menghadiri penghargaan WSIS 2018 menyisihkan 700 peserta dari berbagai Negara. Hanya 5 peserta, dari Indonesia, China dan Argentina yang berhasil masuk dalam 5 program terbaik kategori e-Health,” kata Bupati Halmahera Selatan, Bahrain Kasuba di Jakarta, Selasa (27/3).
Forum World Summit on The Information Society (WSIS) PBB merupakan forum dunia yang diinisiasi PBB sejak tahun 2003 di Geneva.
Tujuan utama program tersebut adalah untuk menjembatani GAP penggunaan Information Technology antara Negara miskin, berkembang dan Negara-negara maju.
Lebih jauh, terkait dengan program Lacak Malaria tersebut dibentuk atas inisiasi Pemkab Halmahera Selatan dalam hal pemberantasan penyakit malaria.
Apalagi, wilayah Halmahera Selatan yang begitu luas hingga membutuhkan inovasi dalam penanganan malaria secara cepat.
“Wilayah Halmahera Selatan yang begitu luas kemudian kami berinovasi membentuk tim ini agar penanganan malaria lebih cepat untuk ditangani. Alhamdulillah teman-teman di Dinas Kesehatan khususnya di Malaria Center telah membuat inovasi baru dengan menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi yang baik untuk penanganan lacak malaria,” ujarnya.
Dengan adanya aplikasi tersebut, penanganan malaria di Halmahera Selatan bisa teratasi. Buktinya, sejak program tersebut berjalan selama kurang lebih 1 tahun, penderita malaria di Halmahera Selatan sudah mulai berkurang, bahkan nyaris tidak ada lagi.
“Hanya diantara semua hanya malaria yang cukup membuat kita terganggu. Dan Alhamdulillah dengan adanya aplikasi ini bisa teratasi dengan baik. Bahkan sekarang tinggal 2 per 1000 dari masyarakat Halmahera Selatan yang menderita malaria. Bahkan sampai kini sudah hampir tidak ada,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan, Akhmad Rajak mengungkapkan dalam pelaksanaan aplikasi tersebut memang ada beberapa kendala. Namun, kendala tersebut datangnya dari pihak lain seperti provider sebagai penyedia layanan yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi Lacak Malaria.
“Untuk pengaplikasian Lacak Malaria ini tentunya membutuhkan sinyal. Sementara di Halmahera Selatan masih ada sebagian kecil di desa-desa itu belum terkoneksi dengan system informasi. Tetapi, masyarakat tetap memanfaatkan fasilitas Lacak Malaria dengan mencari lokasi yang ada sinyal hingga data yang terkirimkan bisa langsung masuk di malaria center,” singkatnya.