Dan ternyata koperasinya, jelas Rizal, karena dikelola dengan profesional, dengan manajemen yang terbuka berhasil memberikan manfaat kepada petani anggota, bisa beli barang lebih murah, dapat dividen tiap tahun.
Kemudian juga menguntungkan konsumen karena produk koperasi lebih murah dari pada produk perusahaan besar.
"Nah jadi kalau kita tanya kenapa di Indonesia koperasi hanya kecil peranannya, karena koperasi hanya hanya dijadikan slogan, dijadikan kembang kata, tidak diyakini sebagai bentuk yang bisa meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Menurut kami, pemerintah yang akan datang harus sungguh- sungguh mengembangkan koperasi dengan cara memberikan kesempatan koperasi untuk ikut di dalam jaringan distribusi kebutuhan pokok," harapnya.
Rizal memberi contih, misalnya beras saja, itu pasarnya 30 juta ton kali 10 Ribu itu 300 triliun rupiah. Belum gula, belum garam belum lain- lainnya itu volume transaksinya ratusan triliun.
Nah kalau misalnya koperasi diberikan kesempatan untuk ikut di dalam jaringan distribusi dapat untuk sekitar 5 persen misalnya maka koperasi di Indonesia akan berkembang cepat sekali .
Lama- lama koperasi peternakan akan punya pabrik pengolahan sendiri, merek sendiri, bisa jual di seluruh Indonesia.
Koperasi beras misalnya bekerjasama denga Bulog akan bisa menjadi sangat besar, sebagai jaringan distribusi alternatif.
Demikian juga petani bawang putih atau petani tebu. Ini akan membuat koperasi menjadi sangat besar, kredibel, dipercaya menguntungkan anggota dan menguntungkan konsumen.
Syaratnya koperasi dikelola secara profesional, tidak boleh pengurus itu memperkaya diri sendiri, tapi harus memperkaya anggotanya.
"Mudah- mudahan pada tahun 2019 yang akan datang cita- cita bung Hatta ini, bisa kita laksanakan secepat mungkin, sehingga pikiran besar beliau betul- betul merupakan jalan untuk membuat rakyat kita lebih makmur dan sejahtra, Amin " pungkasnya.