TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh nasional Rizal Ramli berziarah ke makam Bung Hatta yang wafat tanggal 14 Maret -1980, di Jalan Bintaro Raya, RT 02/RW 10, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Ini bagian dari kunjungan kami yang sebelumnya mengunjungi makam bung Karno di Blitar beberapa waktu yang lalu. Kami doakan bung Hatta bahagia di sisi Allah yang Mahakuasa dan keluarganya senantiasa diberikan rahmat," kata Rizal, Jumat (30/3/2018).
Baca: Buruh Dukung Rizal Ramli Jadi Calon Presiden 2019
Rizal pun berdoa semoga Allah yang Mahakuasa memudahkan dan memberikan jalan agar cita- cita Bung Hatta tentang keadilan dan kemakmuran bangsa kita dapat terjadi
"Kalau kita ingat sejarah, bung Hatta di besarkan di Sumatera Barat, tetapi sekolah di Belanda, nah pada saat dia sekolah di Belanda itu, dunia Eropa sedang mengalami krisis ekonomi tahun 1920 an sampai 1930-an," paparnya.
Jadi, kata Rizal, Bung Hatta dan kawan- kawan memahami betul dampak negatif dari kapitalisme ugal- ugalan yang sangat terasa di negara- negara Eropa.
Nah rakyat nggak ada pekerjaan di situ, pengangguran luar biasa dan kemiskinan juga luar biasa .Sebagai dampak dari kapitalisme yang sangat spekulatif dan ugal- ugalan.
Itulah yang menjelaskan kenapa Bung Hatta dan kawan- kawan mencari jalan lain dan merumuskannya untuk Indonesia, supaya tidak mengulangi efek negatif dari kapitalisme spekulatif dan ugal-ugalan.
Beliau banyak belajar dari pengalaman dari negara Eropa lainnya, terutama di Belanda dan Skandinavia, dimana tingkat keadilan sosial rakyatnya sampai hari ini masih paling tertinggi di dunia.
Dimana kesejahteraan, pendidikan, kesehatan di negara- negara Eropa barat tersebut, termasuk lebih adil, lebih baik dari pada negara kapitalisme Amerika.
Bung Hatta juga belajar dan merumuskan, bahwa ada bentuk korporasi untuk rakyat biasa tidak hanya bentuk perusahaan dan korporasi untuk swasta yang besar- besaran, tapi beliau pikirkan bagaimana rakyat yang kecil- kecil petani, buruh, nelayan bisa membentuk apa yang disebut sebagai koperasi yang dimiliki saham oleh semua anggotanya.
Berbeda dengan perusahaan, pemilik sahamnya hanya beberapa orang, kalau koperasi seluruhnya itu di miliki oleh anggota dan manajemen juga terbuka transparan dan harus di kelola secara profesional.
"Nah kalau kita lihat hari ini peranan koperasi masih sangat kecil di Indonesia terutama karena pemerintah belum sungguh- sungguh mengembangkan koperasi," ungkapnya.
Sebetulnya banyak contoh berhasil, di negara- negara seperti Skandinivia dan Belanda, dimana koperasi peternak susu, itu anggota nya seluruh peternak susu, mereka punya pabriknya sendiri, mereka punya jaringan distribusi dan toko- toko di seluruh Eropa untuk menjual produk koperasi tersebut.