TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fraksi PKS DPR RI menggelar diskusi publik dalam rangka memperingati Mosi Integral M. Natsir 3 April 1950 yang mengembalikan dan mengokohkan Indonesia sebagai negara kesatuan, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (3/4/2018).
Hadir dalam diskusi, Aster Panglima Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko, Kabarharkam Polri Komjen Polisi Moechgiyarto, serta Pakar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia Fitra Arsil.
Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini mengatakan Mosi integral diperingati karena merupakan momentum bersejarah yang lahir dari politisi muslim M Natsir.
"Hal ini sekaligus menandakan bahwa tokoh-tokoh Islam begitu jelas dan kuat kontribusi dan pembelaannya terhadap NKRI. Ini juga bukti umat Islam adalah tulang punggung NKRI," katanya.
Baca: PKS Minta Tidak Reaksioner Tanggapi Puisi Sukmawati, Lebih Baik Energinya untuk Ganti Presiden
Ia berharap momentum sejarah yang telah diciptakan Natsir mampu memotivasi umat Islam untuk sekuat tenaga berusaha mempertahankan dan mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga kedaulatan republik.
"Umat Islam seyogiyanya menjadi pelopor konsensus kebangsaan dalam rangka mengokohkan NKRI dan menjaga kedaulatan Indonesia. Di sini, tidak boleh ada sekat, tidak boleh ada yang merasa paling NKRI atau paling merah putih, sambil menuduh yang lain tidak NKRI dan tidak merah putih," ujar Jazuli.
Di tempat yang sama Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid mengatakan sejak awal tokoh Islam amat sangat mencintai Indonesia, sehingga tidak heran tokoh seperti Muhammad Natsir memiliki gagasan untuk menghindari Indonesia dari perpecahan.
Mosi Integral adalah momentum berdirinya kembali NKRI sesuai UUD 1945. Mosi ini dilaksanakan dengan ditandai dibubarkannya RIS pada 17 Agustus 1950.
“Mengacu pada catatan sejarah tersebut bisa dikatakan tidak mungkin Umat Islam dianggap tidak cinta NKRI,” pungkasnya.