Baca: Sekjen PPP Nilai Gatot Belum Tentu Tarik Pemilih Muslim Jika Jadi Cawapres Jokowi
Sejak saat itulah, tutur Arif, popularitas Gatot terus melonjak secara perlahan.
Menurutnya, hal itu pula ditopang oleh pandangan bahwa figur mantan militer dibutuhkan untuk mengendalikan dinamika politik dan keamanan yang cenderung labil.
Menurut Arif, adanya preferensi pada figur mantan militer disebabkan karena adanya ketidakpuasan kepada kinerja kepemimpinan tokoh sipil yang berpadu dengan kerinduan pada masa lalu saat politik dikontrol militer.
Di sisi lain, korupsi dinilai mereja rela dengan deretan tokoh sipil yang jadi pesakitan, ditetapkan sebagai tersangka.
Mulai dari pejabat di daerah hingga pejabat di tingkat nasional.
Sorotan pun tertuju kepada tokoh sipil, meski tak selamanya tokoh militer juga bebas korupsi.
Namun kasus-kasus yang ada melibatkan banyak tokoh sipil.
Sementara itu dari sisi persona, kata Arif, Gatot memiliki keunggulan sebagai mantan militer yang memiliki pengalaman dan penguasaan strategis berhadapan tantangan teritori yang luas serta beragam.
Bahkan, ucap dia, sebagai tokoh non-parpol, Gatot telah menunjukan dapat berelasi secara luwes dengan berbagai partai politik.
Di sisi lain, Gatot juga mulai mencoba untuk mendekati kelompok-kelompok keagamaan.
Pakar komunikasi politik Effendi Gazali menilai nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo adalah figur alternatif yang paling menarik pada gelaran pemilhan presiden (Pilpres) 2019.
Menurut Effendi, figur Gatot menarik karena ia dinilai memiliki syarat untuk menangkis isu yang kuat pada 2019 dengan latar belakang militenya yang kuat.
Tiga isu tersebut yakni seputar kebangkitan PKI, mengkriminalisasi ulama, hingga isu pekerja China yang dinilai merampaskan hak kerja atau kedaulatan rakyat.