TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (16/4/2018), Deisti Astiani Tago membantah suaminya Setya Novanto bisa berdiri tegak ketika buang air kecil usai mobil yang ditumpanginya kecelakaan menabrak tiang listrik.
"Enggak kok, enggak berdiri. Kalau mau buang air kecil dia panggil saya, saya pakai pispot. Tidak kuat berdiri, bapak (Setya Novanto) saya suapin sambil merem. Buka mata saja tidak kuat, katanya pusing," ujar Deisti saat bersaksi untuk terdakwa dokter Bimanesh.
Di depan majelis hakim, Deisti mengaku berada di dalam kamar tempat suami tercintanya dirawat.
Baca: Diduga Jebakan First Travel Gaet Calon Jemaah Umroh, Begini Faktanya
Disana dia bermalam, tidur di extra bet, ditemani dua saudarinya.
"Benar tidak berdiri saat buang air kecil? Karena keterangan perawat bilang dia liat Setya Novanto berdiri saat buang air kecil ?, cecar hakim.
Baca: Rawat Setya Novanto, Dokter Bimanesh Klaim Sudah Konsultasi IDI dan Pernefri
Desti kembali menjawab bahwa mantan Ketua DPR RI itu tidak sanggup membuka mata.
Bahkan saat malam hari, suaminya itu beberapa kali muntah-muntah.
"Anda tidak bertemu dengan suster saat tanggal 17 November 2017 pagi, suster itu mau tensi, mungkin pas anda belum bangun," tanya hakim lagi.
Desti menjelaskan di pagi hari, dia bertemu dengan seorang dokter perempuan dan dua suster yang ikut memeriksa Setya Novanto.
Setelah itu barulah Deisti bertemu dengan terdakwa dokter Bimanesh.
Sebelumnya di persidangan Senin (2/4/2018), perawat Indri sempat bersaksi mengaku meliht Setya Novanto berdiri tegak ketika buang air kecil.
Kondisi tersebut berbeda ketika Setya Novanto baru masuk ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau, pada malam hari 16 November 2017 usai kecelakaan hingga disebut ada benjolan bakpau di dahinya.
"Menjelang jam 6 pagi saya mau cek tensi, tapi pasien masih tidur. Dua perempuan yang menemani juga masih tidur, lalu saya keluar," ungkap Indri.
"Selang beberapa menit, saya masuk ke kamar. Saya melihat bapak itu bisa berdiri tegak buang air kecil di sisi kiri tempat tidur. Sepertinya bapak itu tidak tahu saya masuk karena memang saya pelan sekali buka pintu. Saya bicara, saya bantu pak. Lalu bapak itu sepertinya kaget. Setelah selesai, bapak itu kembali tergeledah ke tempat tidur dengan susah payah," tambah Indri.
Lebih lanjut, Indri juga menyatakan tidak nyaman menangani Setya Novanto karena banyak ditemukan kejanggalan mulai dari minta diperban hingga minta obat merah padahal hanya luka lecet.
Terakhir, Indri juga menyampaikan saat dirinya menggantikan pakaian, Setya Novanto sigap meski matanya tertutup.
Menurut Indri, dia tidak menemukan kesulitan saat mengganti baju Setya Novanto.
"Saya ganti bajunya tapi dengan sigap, enggak ada lemes-lemesnya. Tapi dia tetep merem," singkatnya.