Ia mengakui bahwa selama ini uang yang ia, istrinya, serta adik iparnya terima dari perusahaan adalah uang para jemaah.
Ia mengatakan bahwa sejak tahun 2013 sampai dengan 2015 menetapkan gaji bagi dirinya sendiri sebesar Rp 1 miliar rupiah per bulan.
Sementara istrinya ia gaji sebsar Rp 500 juta per bulan hanya selama enam bulan dan adik iparnya sebesar Rp 8 juta sampai Rp 9 juta per bulan.
Sebelum itu, ia mengaku hanya mengambil gaji sebesar Rp 100 juta per bulan. Ia pun mengakui dakwaan bahwa dari hasil tersebut dirinya membeli rumah, mobil, plesir ke luar negeri, tas, dan restoran di London. Ia mengatakan bahwa uang tersebut memang haknya sebagai pemilik perusahaan.
"Saya baca didakwaan untuk jalan-jalan, mobil, rumah kita tidak menafikan. Kalau per item ada selisih dan kami punya hak untuk gaji, restoran, beli tas, itu hak kami," kata Andika.
Anniesa pun tidak menyangkal apa yang dikatakan suaminya. Bahkan dari uang tersebut ia juga menjalankan hobinya sebagai perancang busana.
Ia mengaku mulai menekuni hobinya tersebut sejak tahun 2013 dan baru mai berani menjual dan memamerkan karyanya pada tahun 2014.
Meski demikian perempuan lulusan SMA yang sempat mengenyam bangku kuliah di FISIP Universitas Indonesia hingga semester 3 itu mengaku tidak memiliki pengetahuan dasar sebagai perancang busana.
Diketahui bahwa Anniesa sempat mengikuti pagelaran busana di New York.
"Hobi buat sendiri baru saya tekuni tahun 2013. Saya mulai berani untuk jual dan berani fashion show baru tahun 2014," kata Anniesa.
Selama di penjara ia mengatakan bahwa dirinya tidak pernah sikunjungi oleh ibunya yang masih hidup. Menurutnya, sejak ia ditahan ibunya telah melarikan diri.
Sambil mengusap air matanya ia mengaku bahwa ayahnya telah meninggal sejak tahun 2008 dan ibunya telah meninggal walaupun ia mengatakan bahwa ibunya masih hidup. Hal itu terungkap ketika hakim menanyakannya soal latar belakang kuarganya.
Selama ini, kedua ankanya diurus oleh orang tua suaminya. Dalam persidangan juga diungkapkan bahwa ayah Andika yang seorang pensiunan pegawai Bank sering membawa kedua anak mereka ditahanan.
"Saya anak pertama dari empat bersaudara ayah sudah meninggal 2008 ibu pergi meninggalkan saya setelah kasus ini. Saya anggap sudah meninggal. Tinggal saya yang mengurusi adik-adik saya," kata Annisa dengan suara bergetar.