Baca: Misteri Jejak Telapak Tangan Hitam di Mobil Pembawa Uang Mesin ATM yang Dirampok
Sejumlah tokoh juga memberikan dukungan dengan keputusan mereka masuk politik.
Mantan Dubes Argentina, Paraguay, dan Uruguay, Kartini Sjahrir menyatakan, PSI adalah partai yang didirikan oleh anak-anak muda yang ingin merawat dan mempertahankan identitas kolektif NKRI yaitu kemajemukan.
"Kemajemukan mensyaratkan dua hal yaitu toleransi dan dan kesetaraan. Toleransi hanya mungkin kalau ada keragaman dan bukan keseragaman. Toleransi pada gilirannya membawa kesetaraan," kata dia.
Karena itu, menurutnya, PSI adalah juga partai lintas generasi bagi mereka yang berjiwa muda dan mendukung kemajemukan.
"Saya sangat mendukung tokoh-tokoh masyarakat seperti Bung Christianto Wibisono bergabung dengan PSI. Saya berharap lebih banyak lagi yang ikut serta," kata Kartini dalam pesan pendeknya.
Sejarawan, Didi Kwartanada, menyatakan Azmi yang saya kenal adalah pejuang kebhinekaan.
"Ia adalah anomali, dia seorang asal Aceh, dari Serambi Mekkah, dan orang Islam yang sangat taat menginisiasi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa. Ia muncul mendobrak sekat-sekat yang diciptakan kolonialisme Belanda dan diperkuat oleh Orde Baru, bahwa Tionghoa adalah liyan atau the other, bukan bagian dari bangsa Indonesia," kata Didi.
Sementara ini, Maspri Koto menyatakan telah mengenal Onte sudah lama sekali.
"Onte ini memiliki banyak jaringan, banyak orang yang hormat, dukung dan sayang sama dia. Kekuatan dia jaringan. Banyak kawan aktivis berasumsi bahwa masuk partai tidak akan ada yang berubah. Tapi ini keputusan penting karena memang Onte punya kekuatan dalam melihat persoalan di bawah. Khususnya, di sektor pertanian, kehutanan dan agrarian," kata pendiri Bank Tani dan fellow Ashoka ini.
Dalam kesempatan itu, Christianto menyumbangkan 86 hasil kajian PDBI yang bisa dimanfaatkan untuk seluruh kader PSI.