Ke depan, Arnold sama sekali tidak memiliki keraguan akan masa depan dari pisang Mulu Bebe ini. Sejak lama, Mulu Bebe sangat digemari masyarakat setempat. Jika masih mentah pisang ini bisa digoreng atau direbus untuk camilan. Jika matang, pisang ini diubah menjadi berbagai penganan seperti kue lokal, kolak dan pisang ijo.
“Pendek kata, Mulu Bebe adalah makanan tradisi lokal yang digandrungi,” ujar Arnold.
Senada dengan Arnold, petani muda lainnya, Charles juga memiliki keyakinan yang sama terhadap pisang Mulu Bebe. Lelaki berusia 43 tahun ini mulanya berprofesi sebagai guru sekolah dasar.
Charles mengungkapkan ajakan pemerintah kabupaten untuk mengembangkan berbagai jenis pisang, utamanya Mulu Bebe, membuatnya memutuskan menambah satu lagi profesi, yakni petani. Jadi sekarang memiliki profesi ganda, yakni guru dan petani.
“Mulamya menanam 100 rumpun pisang di kebunnya, dipadukan dengan berbagai tanaman hortikultura lainnya,” ungkapnya.
Bupati Halmahera Barat, Danny Missy menjelaskan hasil pisang dari kabupaten ini sebanyak 8.200 ton per tahun atau setara dgn 62 persen dari total produksi provinsi. Untuk pisang Mulu Bebe sendiri yang merupakan pisang khas lokal direncanakan dalam waktu dekat akan mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Pertanian.
“Ke depan, pisang Mulu Bebe juga direncanakan akan menembus pasar ekspor, selain tetap mampu bertahan untuk mensuplai pasar lokal di wilayah sekitar,” jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Idham Sangadji menambahkan pemerintah provinsi merencanakan untuk membuat percontohan pisang Mulu Bebe untuk kebutuhan ekspor. Apa yang akan dilakukan ini tentu saja sejalan dengan semangat mendorong komoditas ekspor yang diterapkan oleh Kementerian Pertanian.
“Dalam beberapa tahun, impor telah dihentikan dan ekspor pisang Indonesia ke berbagai negara mulai dilakukan,” katanya.(*)