Dia mengatakan mayoritas napi teroris di dalam Lapas yang masih kuat fahamnya cenderung mengasingkan diri, menutup diri, tidak mau menyatu dengan napi lainnya.
"Beribadah pun mereka tidak mau bergabung dengan orang lain yang bukan kelompoknya."
"Mereka menganggap orang lain 'thogut' (penyembah berhala), sehingga memberikan pembinaan kepada kelompok radikal tidak mudah, butuh waktu untuk melunakannya, tidak sehari atau sebulan bahkan setahun, hati dan pikiran mereka tertutup untuk kelompok lain," jelas Ade.
Untuk itu, lanjutnya, hal yang dilakukan Lapas kepada napi teroris yang masih fahamnya radikal adalah bekerjasama dengan BNPT untuk memberikan pembinaan.
"BNPT memegang kendali dalam pencegahan, pembinaan selama di dalam lapas serta pembimbingan setelah bebas. Ditjen PAS memfasilitasi BNPT, biasanya BNPT datang Lapas beserta para Ustadz mantan teroris yang sudah kembali ke NKRI," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Napi Teroris Pindahan dari Mako Brimob Tempati 3 Lapas Nusakambangan"