News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bom di Surabaya

Abu Bakar Ba'asyir Menduga Bom Bunuh Diri di Surabaya Kerjaan Oknum IntelIjen Asing

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terdakwa kasus dugaan terorisme, Abu Bakar Baasyir, menjalani sidang dengan agenda pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (16/6/2011). Pada sidang itu, majelis hakim menjatuhkan vonis 15 tahun penjara kepada Baasyir, lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yaitu seumur hidup. (Terdakwa kasus dugaan terorisme, Abu Bakar Baasyir, menjalani sidang dengan agenda pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (16/6/2011). Pada sidang itu, majelis hakim menjatuhkan vonis 15 tahun penjara kepada Baasyir, lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yaitu seumur hidup. (TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Pimpinan Jaringan Anshorut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir mengatakan serangkaian serangan bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo adalah hal yang tidak benar.

"Opo kuwi? Ora bener. (Apa-apaan itu? Enggak bener)," kata Ba'asyir seperti yang disampaikan oleh putra kandung Abu Bakar Ba'asyir, Abdul Rochim Ba'asyir kepada Tribunnews.com di Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Meski tidak mengerti banyak, mengenai detail penyerangan, Ba'asyir, lanjut Abdul mengecam keras tindakan yang justru akan merugikan Islam tersebut.

Apapun alasan yang dipakai oleh pelaku, tidak dapat dibenarkan. Di semua ajaran agama, tidak ada satupun yang menghalalkan tindakan tersebut.

Baca: Adik Kakak Bercadar di Malang Diamankan Polisi Dikira Teroris

Mantan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia juga mengatakan bahwa negara saat ini tidak dalam kondisi berperang dengan penjajah.

Islam juga tidak dalam kondisi terdesak, sehingga perbuatan yang membunuh diri sendiri dan orang lain, bukanlah hal yang benar.

"Beliau sama sekali tidak membenarkan penyerangan ini," tukasnya.

Namun begitu, dirinya dan keluarga tetap meyakini bahwa mereka yang melakukan aksi pengeboman merupakan perintah dari oknum dari intelejen dalam negeri dan asing.

Pasalnya, serangan tersebut berlangsung secara sporadis dan tidak jelas tujuannya.

"Ini sangat sporadis. Tidak jelas apa maunya. Kami beranggapan, ini kerjaan oknum intelejen dan intelijen asing," jelas Abdul Rochim.

Baca: Mayatnya Dicuekin, Pelaku Bom Bunuh Diri Mapolrestabes Surabaya Juga Tak Diakui Keluarganya

Dirinya juga menceritakan, Ba'asyir sebagai narapidana teroris yang saat ini mendekam di Lapas Gunung Sindur, Bogor, sempat dijaga ketat atas penyerangan bom yang terjadi di Surabaya.

Dia menilai, sosok Ba'asyir sempat dihubung-hubungkan dengan Aman Abdurrahman tahanan teroris yang diduga menjadi pimpinan Jamaah Anshorut Daulah.

"Ya kami sih memahami saja. Toh, mereka juga kerja. Tidak apa-apa," lanjutnya.

Kompleks Pesantren Ngruki yang berada di Solo, Jawa Tengah, kini juga jadi sasaran pengintaian.

Dia tanyatakan, banyak orang asing yang tidak dikenal masuk dan menyambangi pesantren. Sebagian dari mereka beralasan ingin belajar agama di tempat tersebut.

Sebagian lainnya, berada di luar pagar untuk beberapa saat dan kemudian diganti dengan orang lain.

Tidak banyak kekhawatiran yang dialami oleh para santri dan pengurus. Mereka menganggap hal itu wajar dilakukan oleh aparat, apabila benar.

Yang penting jangan sampai proses belajar di pesantren terganggu dengan kehadiran orang-orang berbadan tegap.

"Ya kami juga paham kalau kami sedang diintai. Tapi, kalau mereka bilang mau belajar di sini, ya silakan saja. Tidak ada yang melarang untuk belajar agama. Asal tidak mengganggu kami di sini," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini