Indonesia sejak, dekade 1980, hingga 2015, menggantungkan kebutuhan Jagung Komposit, untuk Industri Pakan Ternak, seiring berkembangnya Industri Peternakan, yang hingga kini sudah mengantarkan negeri ini berswasembada protein unggas, ini ditandai dengan "Ekspor Produk Daging Ayam Olahan" ke Negeri Matahari Terbit.
Jepang, negara tujuan ekspor yang sangat bergengsi, karena negeri ini, sangat super ketat, menetapkan standar produk yang bisa masuk ke negaranya.
Jagung, merupakan komponen terbesar dari produk pakan ternak lebih dari 70 persen kandungan pakan ternak adalah jagung.
Indonesia, mengikuti perkembangan Industri Peternakan, maka kebutuhan akan komoditas ini menjadi vital, data statistik menunjukan total Impor jagung kita, rata-rata, 3 juta ton, setiap tahunnya dengan nilai total devisa negara yang tersedot sekitar 12 Triliun.
Mentan, Andi Amran Sulaiman, yang bertugas sejak Oktober 2014, langsung bekerja, dan menetapkan prioritas tugas, membenahi sarana produksi padi, dengan perbaikan irigasi 3 juta hektar, untuk peningkatan komoditas beras, kesibukan yang menyita waktu, tiba-tiba, Mentan, dikagetkan dengan demo "Peternak Unggas" di Kabupaten Blitar, Prop. Jawa Timur, yang meminta "Mentan Andi Amran Sulaiman" turun dari jabatannya, 03/Februari 2016, karena kurangnya pasokan jagung dan harga melonjak hingga Rp. 10.000/kg, ditingkat pengecer.
Andi Amran Sulaiman, saat itu sedang berada di sekitar Kab. Lumajang, dalam rangka kunker peningkatan produksi hortikultura , bawang dan cabai, langsung membelokkan rute kunker, ditemani Pangdam V Brawijaya, hari itu juga langsung datang menemui Peternak yang berdemo, seraya meminta Bulog Divre Jawa Timur, segera memasok kebutuhan Jagung peternak, dan menjual dengan harga tidak boleh lebih dari Rp. 7000/kg. Mentan Andi Amran Sulaiman, usai kunjungan kerja di Prop. Jawa Timur, langung mengundang stake hollder dari industri pakan ternak, dari pertemuan tersebut, mentan, mewajibkan industri pakan ternak, untuk terlibat langsung, dalam peningkatan produksi jagung, dan bermitra dengan kelompok tani dalam kordinasi dinas pertanian, propinsi dan kabupaten, kegiatan ini diiringi dengan pembatasan impor jagung.
Kebijakan Menteri Pertanian, tersebut terbukti, membuahkan hasil ditandai dengan Turunnya Impor Jagung Indonesia, di tahun 2016, periode Januari hingga Oktober, hanya 130.677. Ton data BPS, menunjukkan penurunan Impor Jagung, yang sangat tajam bila dibandingkan, periode 2010 hingga 2015, ini Impor Jagung, yang terendah, kurun waktu 5 tahun.
Mentan, Andi Amran Sulaiman, tidak langsung berdiam diri, peningkatan produksi jagung petani, pasti berdampak pada nilai jual jagung petani, sebelum menjadi masalah. Menteri Pertanian, menghadap Presiden, meminta Perpres, untuk penetapan harga dasar, dalam waktu satu pekan, Peraturan Presiden, tentang Harga Dasar Pembelian Jagung Petani. Rp. 3150/Kg, kadar air 15 sampai 20 persen.
Perpres, harga dasar pembelian jagung petani oleh pemerintah (BULOG), diyakini memjadi pemicu, meningkatnya luasan tanam jagung di berbagai Propinsi, terutama Sentra Nasional, seperti, Gorontalo, yang sudah ekspor hingga periode Mei 2018, sebesar 80.000, ton, Sulawesi Selatan, hingga Mei 2018, mencapai 70.000 Ton, menyusul Nusa Tenggara Barat, mentargetkan ekspor hingga 200.000, Ton, dari pencapaian tersebut, tidak bermimpi atau mengada-ada, Indonesia, targetkan ekspor jagung sebesar 500.000. Ton, tahun ini.
Mentan, Andi Amran Sulaiman, tidak hanya, tinggal diam, dalam berbagai lawatannya ke kawasan ASEAN, selalu menawarkan Produksi Petani Indonesia, menurut Menteri Pertanian, Kawasan Asean, menjadi peluang pasar Ekspor Komoditas Pertanian, karena selain Indonesia, dekat dari sisih geografis, dan secara ekonomis, harga yang ditawarkan Indonesia, jauh lebih murah, bila di Impor dari manca negara.
Malaysia, membutuhkan Jagung, lebih dari 2 juta ton, setiap tahunnya dan Philipina sekitar 1 juta Ton, negara-negara tetangga di Asean, sudah menyatakan minat untuk Impor Jagung dari Indonesia, bahkan Philipina, sudah MOU dan hingga Mei 2018, realisasi Ekspor Jagung Indonesia, hampir 200.000, Ton, ke Negara Philipina, diluar 3 Propinsi diatas, Indonesia, masih memiliki Sentra Produksi Jagung yang juga sangat potensial di Prop. Jatim, Jateng, Sumut, Sumsel, Lampung dan Kalimantan yang hampir semua Wilayahnya dapat menjadi pengembangan tanaman jagung.
BPS, baru-bari ini, merilis, data yang menggembirakan, disaat Ekspor dari Sektor lain, Menurun, Sektor Pertanian, justru Menyumbangkan Angka Kenaikan Ekspor, yang Signifikan.
Angka kenaikan ekspor komoditas pertanian, yang bersumber dari BPS, 300 Milyar USD, Ekspor Komoditas Pertanian terbesar diluar sektor perkebunan, disumbang dari Ekspor Jagung, Beras , Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Komoditas Hortikultura.
Negara tujuan ekspor komoditas pertanian indonesia, adalah, Philipina, Australia, China dan Taiwan.(*)