Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Komisi Nasional Perempuan memandang keterlibatkan perempuan dalam terorisme merupakan sebuah strategi baru dari para pelaku serangan teror itu.
Komisioner Komnas Perempuan Adriani Venny, mengatakan, selama ini perempuan menjadi pihak yang dianggap tidak dicurigai atau lemah untuk melakukan tindakan pembunuhan seperti pembomman.
Sehingga dipandang ideal untuk melakukan serangan teror.
Baca: Istri Najib Minta Polisi Stop Bocorkan Data Barang Sitaan ke Media
"Perempuan dilihat sebagai strategi yang ideal oleh teroris-teroris ini. Dia (perempuan) tidak dicurigai apalagi dia bawa anak tenyata jadi strategi yang baru terorisme untuk menggunakan mereka perempuan sebagai alat membunuh," kata Veny di kantor Komnas Perempuan, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (20/5/2018).
Sementara itu, Komisioner Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah, mengatakan berdasarkan temuan mitra Komnas Perempuan, perempuan kini ingin menunjukan diri, bukan lagi menjadi pengikut namun menjadi aktor.
"Temuan penggiat isu, perempuan ingin juga tidak hanya menjadi follower tetapi juga jadi aktor," ujar Yuni.
Selain itu, adanya ketimpangan relasi gender yang terjadi juga menjadi pemicu perempuan "tampil", di mana perempuan cenderung patuh atau terdoktrinasi oleh laki-laki.
Namun, Komnas Perempuan menyatakan temuan-temuan itu masih dipelajari.
"Perempuan menggunakan relasi gender yang timpang, di mana teologi kepatuhan yang terdoktrinasi di mana yang digunakan. Ini perlu bacaan lebih jauh didiskusikan dengan sejunlah mitra," kata Yuni.
Komnas Perempuan lebih lanjut menyatakan mendorong negara untuk sigap melakukan pemulihan, perlindungan dan pencegahan agar kekerasan berikutnya tidak terjadi.
"Perlunya upaya bersama untuk memperkuat solidaritas dan soliditas di masyarakat dengan menyuburkan nilai-nilai toleransi, menghargai perbedaan, menciptakan kedamaian setrta mencegah kekerasan atas nama apapun," kata Venny.