Trias berharap agar setelah membaca buku karyanya tersebut masyarakat dapat menjadi lebih terbuka dan mau belajar dari negara lain.
"Harapan saya orang jadi lebih terbuka, open minded. Karena kalo orang lain bagus kenapa kita tidak bisa. Kalo orang lain hancur jangan sampe seperti itu. Jadi saya selalu bikin buku dengan harapan seperti itu. Jadi membuka pikiran, mau belajar dengan negeri lain, entah itu keberhasilan atau kehancuran," kata Trias.
Selain penulis, hadir pula cendekiawan muslim Profesor Komarudin Hidayat dan Intelektual muda Zuhairi Misrawi sebagai pembicara dalam diskusi tersebut.
Komar menilai bahwa buku tersebut merupakan buku tentang Turki yang terbaik yang pernah ditulis oleh orang Indonesia.
Dalam diskusi tersebut Komar juga mengatakan bahwa Turki patut dicontoh mengingat negara tersebut banyak sekali menghadilkan teknokrat dan administrator yang hebat dalam konteks sejarah Islam.
"Dalam sejarah Islam Turki melahirkan teknokrat dan administrator bukan pemikir seperti Iran," kata Komar.
Ia berharap agar kedepannya ada tulisan berikutnya soal perbandingan antara Turki dan Indonesia setelah Trias menulis buku tersebut.
"Buku ini adalah buku tentang Turki yang terbaik. Saya harap ada tulisan berikutnya, komparasi antara Turki dan Indonesia. Jangan-jangan kita bisa belajar dari Turki, jangan belajar dari Syiria melulu," kata Komar.
Sementara itu Zuhairi mengungkapkan adanya peran penting Kementerian Agama Turki dalam mengubah pandangan adminsitrasi kenegaraan dari kekhalifahan otoriter menjadi sekularisme lewat program-program di masjid-masjid, lembaga pendidikan, dan aspek lain dalam negara tersebut.
"Perlu diperhatikan adalah peran Kementerian Agama Turki yang berhasil mengubah pandangan masyarakat Turki dari Kekhalifahan menjadi sekular," kata pria yang akrab disapa Gus Mis tersebut.