Dia menjelaskan bahwa jihad itu dibagi dua, ada yang untuk diri sendiri dan ada untuk orang lain.
Baik itu membantu secara ekonomi, atau dakwah, bahkan mencari nafkah, itu juga merupakan jihad.
Sementara Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, di kesempatan berbeda, menjelaskan bahwa Lazismu tidak sekadar menyalurkan bantuan kepada kaum yang berhak serta layak.
Tapi Lazismu juga memberdayakan ekonomi umat.
"Soal ekonomi umat, selain 8 golongan orang yang berhak menerima zakat kita juga menyalurkan untuk bantuan modal bagi orang kecil yang ingin usaha. Kaum marjinal juga menjadi sasaran penyaluran kita," kata Dahnil.
Oleh karena itu, Dahnil berharap Lazismu bisa membuat para penerima bantuan naik tingkat.
Tidak hanya sekadar menerima bantuan, tapi ke depannya malah mampu menjadi pemberi zakat.
"Jadi pergerakan ekonomi masyarakat terus maju. Jika ekonomi bagus tentu baik untuk negara," katanya.
Harapan Dahnil terkait pemberdayaan ekonomi umat, juga dirasakan oleh ketua komisi VIII DPR RI, Ali Taher Parasong, yang merasa bahwa Lembaga Amil Zakat sangat berpotensi berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam konteks ekonomi.
Politikus PAN yang memimpin komisi Agama itu berpendapat, Lembaga Amil Zakat yang dikelola oleh ormas keagamaan, seperti Muhammadiyah dan NU bisa lebih memiliki kekuatan yang riil dibanding dengan Lembaga Zakat yang dikelola pemerintah.
"Orang merasa nyaman dengan lembaga (yang dikelola ormas keagamaan) itu, karena manajemennya tidak rumit, kemudian prosesnya mudah, akses mudah, dan fokus kepada pelayanan umat," katanya.