TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Spesifikasi kendaraan saat ini tidak diperuntukkan bagi Premium.
Kalau pemudik memaksa mengisi dengan BBM ber- Research Octane Number (RON) rendah tersebut, kinerja kendaraan bisa terus anjlok dan bahkan menyebabkan turun mesin.
Demikian disampaikan pakar otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri.
“Kalau sudah turun mesin tentu biayanya sangat mahal. Untuk Avanza misalnya, kalau piston yang terkena maka ongkos perbaikannya bisa mencapai Rp 6-7 juta,” kata Tri dilansir Antaranews.
Menurut Tri, Premium memang berdampak buruk untuk kendaraan. Di antaranya, dapat mengakibatkan injektor tersumbat sehingga suplai BBM tidak optimal.
Tidak hanya itu. Karena Premium tidak bisa terbakar sempurna, maka akan menghasilkan banyak kerak di dalam ruang bakar.
Kerak inilah yang menurut Tri dapat meningkatkan kompresi sehingga mesin mengelitik. Dan jika dibiarkan, makin lama tentu bisa merusak mesin.
“Piston bisa bolong atau stang piston menjadi bengkok,” tegas dia.
Selain disebabkan pembakaran yang tidak sempurna, kerak juga dihasilkan karena Premium tidak mengandung zat aditif.
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan BBM RON tinggi, yang sudah ditambahkan zat pembersih tersebut. Itu sebabnya, pemakaian BBM dengan oktan 92 ke atas, sebaiknya tidak hanya dilakukan ketika mudik.
“Bahkan di luar mudik, untuk perjalanan jarak dekat termasuk dalam kota, pengguna BBM juga harus membiasakan mempergunakan BBM RON 92 ke atas,” jelasnya.
Di sisi lain, Tri mengatakan, bahwa spesifikasi mesin kendaraan bermotor juga sudah mengalami peningkatan. Dalam hal ini, mesin hanya diperuntukkan bagi BBM dengan oktan tinggi.
Dengan demikian, kalau pemudik memaksakan memakai Premium, maka akan berdampak buruk pada kendaraannya.
Di antaranya, tenaga yang rendah, akselerasi yang tidak optimal, serta tidak kuat di medan menaik.