Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menanggapi viralnya kematian gajah Bunta di dalam area Conservation of Respond Unit (CRU) Surbajadi, Aceh Timur, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar akui Kecolongan karena melemahnya pengawasan.
Setelah memasuki periode kerja, pihaknya akan meneliti bagaimana sistem dari manajemen URC nya bekerja.
Baca: Cari Pembunuh Gajah Bunta, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf Buat Sayembara Berhadiah Rp 100 Juta
"Ya ada kelemahan pengawasan berarti, makanya nanti pas abis kerja ini, unit-unit lapangannya saya minta Dirjen untuk meneliti inspektur jenderal bagaimana sebetulnya sistem manajemen URC nya itu," kata Siti, saat ditemui tribunnews setelah bersilaturahmi di Kantor Pusat DPP Nasdem, Menteng, Jakarta, Jumat (15/6/2018).
Ada dua hal yang menjadi fokus Menteri LHK menindaklanjuti kasus tersebut.
Pertama, yakni terkait adanya tindak pidana, Siti akan menyiapkan tim mengejar pelaku, disamping melakukan penelitian laboratorium.
"Itu organ-organ tubuh gajah yang mati di racun, karena gajahnya mati di racun dari buah," terangnya.
Kedua, keanehan dari kematian gajah tersebut, yang mati di unit konservasi URC.
"Berarti saya juga harus cek bagaimana manajemennya," sebutnya lagi.
Siti menjelaskan gading gajah mati itu tersisa 46 cm dari panjang semula 148 cm. Ada 102 cm yang dipotong pelaku.
Sementara rata-rata berat gading 4 kilogram, dengan harga jualnya paling sedikit Rp 8 juta per kilogram.
Baca: Menteri LHK Sebut Ditemukan Buah Kuini Beracun Di Dalam Usus Gajah Bunta
"Paling sedikit Rp 8 juta, paling sedikit, berarti bisa lebih banyak," ungkap Siti.
Seperti diketahui, pembunuhan gajah Bunta dilakukan pada Sabtu (9/6/2018) lalu. Polisi menduga pelaku datang ke CRU Serbajadi, Aceh Timur, kemudian memberikan pisang dan mangga yang sudah dibubuhi racun.