TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik sejumlah lembaga survei pada Pilkada 2018.
Menurutnya lembaga survei tersebut telah salah memprediksi hasil Pilkada di sejumlah daerah.
"Harus dievaluasi keberadaan mereka. Metodologi mereka itu tidak bisa akurat lagi, prediksi mereka jauh. Saya kira lebih hebat dukun saya kira dari lembaga survei dan mereka bisa dianggap sebagai penyebar hoax gitu lho," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, (29/6/2018).
Menurut Fadli melihat melesetnya hasil survei sejumlah lembaga maka harus ada aturan dalam mempublikasikan hasil survei.
Baca: Amien Rais: Di Pilkada Ada yang Jumawa Tapi Hasilnya Mengecewakan
Lembaga survei tidak boleh mempublikasikan hasil risetnya mengenai elektabilitas pasangan calon menjelang pemungutan suara.
"Karena secara scientific tidak terbukti, saya kira harus ada yang mengatur. Saya kira lembaga survei tidak bisa mengeluarkan dan kalau mereka mengeluarkan harus ada sanksinya. Kalau margin of error itu oke. tapi ini kan tidak," katanya.
Fadli mengatakan lembaga survei bisa menjadi alat politik untuk menggiring opini menjelang pemilihan.
Seperti yang terjadi pada Pilgub Jabar dimana berdasarkan survei sebelum pemungutan suara, pasangan yang diusung partainya Sudrajat-Ahmad Syaikhu berada di posisi tiga dengan tingkat elektabilitas yang jauh dari pasangan lainnya.
Padahal menurutnya pasangan Sudrajat-Syaikhu bersaing ketat dengan pasangan Ridwan Kamil - Uu Ruzhanul Ulum.
"Jadi mereka bisa berfungsi sebagai polital tools atau alat politik," pungkasnya.