Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan mengatakan bahwa refleksi Pilkada 2018 ke Pilpres 2019 dapat dilihat dengan asumsi kepala daerah yang terpilih itu nanti apakah berpengaruh kepada kekuatan calon presiden yang bertarung.
"Kita bisa mengidentifikasi di daerah mana calon yang dianggap berafiliasi ke Jokowi, yang menang atau kalah, dan di daerah mana calon yang berafiliasi ke oposisi atau Prabowo, yang menang atau yang kalah," ujar Djayadi di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (4/7/2018)
Djayadi mengatakan hal tersebut sebab refleksi Pilkada 2018 ke Pilpres 2019 agak sulit dilihat dari sudut pandang partai politik.
"Karena belum ada peta baru yang menunjukkan capres mana yang kuat atau tidak," tambahnya.
Baca: Politikus PKS Curiga JK Disuruh Jokowi Melobi Anies untuk Pilpres
Terkait asumsi kepala daerah yang berafiliasi dengan capres tertentu, dicontohkan Djayadi, di Jawa Timur kedua kandidat lebih dekat dengan Jokowi.
"Sementara di Jawa Barat, jika benar hasil penghitungan KPU sama dengan quick count di mana Ridwan Kamil yang menang, selama ini persepsi masyakarat kalau Ridwan Kamil itu kan dekat dengan Jokowi," tambahnya.
Kemudian, untuk di Sumatera Utara, Djayadi mengungkapkan bahwa kemenangan Edy Rahmayadi- Musa Rajekshah pada quick count bisa dikatakan berasosiasi dengan oposisi.
"Sumatera Utara daerah yang paling jelas berasosiasi dengan oposisi atau Prabowo," tutur Djayadi Hanan.
Ditambahkan juga oleh Djayadi, selain di Sumatera Utara, ada juga di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat yang berasosiasi dengan Prabowo.
"Untuk sementara tampaknya secara kuantitatif, Pak Jokowi punya lebih banyak calon yang berafilisasi kepadanya, tapi itu tidak menjamin dan tergantung bagaimana perkembangan ke depan," pungkasnya.