Sebelum dievakuasi menggunakan helikopter, tim yang mengambil jenazahnya di jalur Danau Segara Anak-Bukit Pelawangan diminta untuk mencari lokasi terbuka sebagai landasan helikopter.
Masih trauma
Setelah jenazah tiba di Bukit Pelawangan, lanjut Bambang Suryo Aji, tim kemudian melaporkan ke pusat komunikasi di Lapangan Sembalun.
"Setelah sampai di Bukit Pelawangan, tim yang sudah bersama jenazah kami minta menunggu 30 menit. Awalnya kami sarankan Jangan dipaksakan (evakuasi jalur udara), tapi beliau (pilot) bilang akan dicoba," ucapnya.
Dalam kondisi cuaca mendung berawan, pada pukul 11.03, pilot memilih untuk menerbangkan helikopter menuju lokasi jenazah. Berselang setengah jam kemudian, helikopter kembali ke Lapangan Sembalun membawa jenazah Muhammad Ainul Takzim.
Sedangkan tiga pendaki yang diselamatkan tim evakuasi menggunakan helikopter yaitu Kepala Pusdiklat Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Suharti bersama dua orang stafnya, Erlin dan Bagus. Suharti disambut oleh keluarganya saat turun dari helikopter.
Setibanya di Lapangan Sembalun, ketiganya langsung dievakuasi ke tenda kesehatan. Tanpa perlu ditandu, ketiga korban memilih untuk dibopong oleh pihak keluarganya. Meskipun terlihat dalam keadaan sehat, trauma masih tergambarkan dari raut wajah mereka.
"Saya takut jalan, takut gempa, terima kasih Pak, terima kasih," kata Suharti meluapkan perasaannya.
Begitu sampai di tenda kesehatan, Suharti yang bertemu dengan anggota TNI dan Basarnas turut mengucapkan terima kasih kepada petugas yang sudah mendampingi selama berada di danau.
"Dua anggota Bapak dari TNI, anak buah Bapak dari Basarnas juga ada, terima kasih Pak," ucapnya. Bagus juga menyampaikan terima kasih. "Terima kasih kepada para pihak yang terlibat dalam penyelamatan kami di danau. Alhamdulillah berkat bantuan seluruh pihak, kami sehat dan selamat," kata Bagus. (tribunnetwork/malau)