TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) PPSA XXI serukan masyarakat Indonesia tingkatkan rasa solidaritas bangsa terutama penanganan pasca bencana baik bagi penduduk yang terkena dampak ataupun sarana fisik seperti perumahan, Fasum dan Fasos. Rasa solidaritas yang tinggi diyakini akan mempercepat normalisasi kehidupan masyarakat di sekitar bencana terkait dengan penanganan dan penyelesaian pasca bencana alam.
Demikian ditegaskan Ketua IKAL PPSA XXI, Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi setelah menyerahkan bantuan bencana gempa Lombok di Mataram, Senin (13/8/2018). Ikut mendamping Arif Wachjunadi adalah pengurus IKAL PPSA XXI lainnya, Lilin Pintauli, Lina SE, AM Putut Prabantoro dan Tuan Guru Udin yang sehari-hari adalah pengasuh pondok pesantren, Ishlaah Al-Ummah, Batu Mulik Gapung Gerung Lombok Barat.
Bantuan itu didistribusikan untuk lima kecamatan yaitu Kecamatan Pemenang, Kecamatan Bayan, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Gangga dan Kecamatan Kayangan dengan jumlah keseluruhan sebersar Rp 151 juta. Dalam penyaluran bantuan bencana itu, tim distribusi didampingi Kompol Dwi Sumrahadi, AKP Johansyah dan Bripda Satria Rozi Pradana.
Menurut Arif Wachjunadi, perlu ditingkatkan rasa solidaritas masyarakat Indonesia terutama terkait dengan akan terjadinya berbagai bencana alam, yang telah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengingat Indonesia berada pada lokasi lingkaran api (ring of fire) Pasifik. Perlu diusulkan kepada pemerintah untuk dibentuk seperti lembaga solidaritas nasional terutama terkait dengan bencana alam agar pemulihan ekonomi dan kehidupan masyarakat di sekitar bencana dapat cepat.
Seruan ini terkait dengan kunjungan IKAL PPSA XXI ke posko bencana di daerah Pemenang, Lombok Utara. Sepanjang jalan terutama dari Senggigi ke Pemenang tidak ada kehidupan karena hampir seluruh bangunan luluh lantak oleh gempa
“Tidak ada warung atau toko makanan yang buka. Sementara hotel berdasarkan pemantauan hanya sedikit hotel yang melayani tamu termasuk Hotel Diva. Jika kita melihat posko-posko gempa di Lombok Utara kita semua harus tergerak untuk mempercepat penanganan bangunan tempat tinggal baik yang sementara ataupun permanen. Di perempatan jalan Malaka, Pemenang, kita bisa melihat dahsyatnya gempa yang mengangkat dan menghancurkan pondasi rumah –rumah beton . Ini merupakan keprihatinan kita bersama,” ujar Arif Wachjunadi, yang menjadi Kapolda Nusa Tenggara Barat pada kurun waktu 2009 – 2012.
Ditambahkan oleh Arif, jika prediksi BMKG terjadi di beberapa tempat secara bersamaan, tentu akan sulit dalam penanganan. Oleh karena itu meningkatkan kesadaran solidaritas dari masyarakat secara luas dan dibuat kantong-kantong, adalah penting sekali. Ini merupakan gerakan antisipasi bagi semuanya.
Menurut Tuan Guru Udin, setiap hari dirinya ikut membantu menyalurkan 5000 bungkus nasi untuk dibagikan ke mesjid-mesjid. Penyaluran ini akan berlangsung lama, mengingat kegiatan ekonomi lumpuh total di daerah Lombok Utara.
“Kehidupan ekonomi sama sekali belum pulih karena masyarakat yang menjadi pelaku industri wisata belum dapat untuk masuk kerja. Ada trauma pascagempa yang dirasakan oleh masyarakat korban. Bahkan, gerakan sedikit yang mengeluarkan suara dapat membuat masyarakat korban gempa panik.” ujar TG Udin
Di kecamatan Pemenang, rombongan juga sempat meninjau dapur umum dan mencicipi air yang disaring dengan mobile water treatment yang dimiliki oleh Brimob. Sebelum menuju ke daerah lokasi, rombongan diterima oleh Wakapolda NTB, Brigjen Pol Tajuddin dan jajarannya di Markas Polda NTB, Mataram.