News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

HUT Kemerdekaan RI

Bendera Pusaka yang Dijahit Ibu Fatmawati Kain Merahnya Dari Tenda Warung Soto, Ini Sejarahnya

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengibaran bendera pusaka saat proklamasi 17 Agustus 1945.

TRIBUNNEWS.COM - Setiap tanggal 17 Agustus di seluruh nusantara pasti berkibar jutaan Sang Merah Putih dalam berbagai ukuran dan keadaan.

Dari sejarah, orang pun tahu kalau Sang Saka Merah Putih yang berkibar untuk pertama kalinya 72 tahun lalu itu dijahit sendiri oleh Ibu Negara pertama RI Ny. Fatmawati.

Tapi siapa sangka, kain merah bendera pusaka tersebut, ternyata bekas kain tenda sebuah warung kaki lima.

Seorang pelaku sejarah, Brigjen TNI (Purn) Lukas Kustaryo menuturkan bagaimana lika-likunya saat ia berupaya mencari kain merah untuk bendera pusaka.

Konon, ide ini pun muncul secara tiba-tiba.

Kala itu dari kancah romusha di Bayah, Banten Selatan, Shodanco Lukas diberi tugas secara inkognito membawa surat pribadi Tan Malaka untuk Bung Karno di Jakarta.

Sesampainya di Jl. Pegangsaan Timur no. 56, Kustaryo melihat Ny. Fatmawati menjahit bendera merah putih.

Saat itu bulan Agustus 1945, para tokoh pergerakan memang sudah terlihat sibuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Apalagi di kediaman Bung Karno terlihat kesibukan yang tidak seperti biasanya.

Baca: Besok Bertugas, Ini Fakta-Fakta Paskibraka, Ada Hukumannya Jika Bendera yang Dikibarkan Terbalik

MENGUKUHKAN PASKIBRAKA - Presiden Joko Widodo mengukuhkan pasukan pengibar bendera pusaka ( Paskibraka) yang akan bertugas pada upacara bendera peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 RI di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin(15/8/2017). Dua Pelajar SMA dari 34 Propensi ini yang akan bertugas mengibarkan bendera pusaka dalam upacara Kemerdekaan di Istana Merdeka pada tanggal 17 Agustus 2017. WARTA KOTA/Henry Lopulalan (henry lopulalan/henry lopulalan)

"Tapi saya lihat benderanya terlalu kecil, kira-kira hanya berukuran panjang setengah meter. Dalam hati saya berkata, kayaknya nggak pantas. Untuk proklamasi kok benderanya tak begitu bagus," begitu ujar Kustaryo seperti dilansir dari Majalah Intisari.

Karena tidak tega melihat bendera kecil itulah, atas inisiatif sendiri laskar Peta Pacitan ini beniat mencari kain yang lebih besar untuk bendera.

"Kalau tak salah Bu Fat sudah mempunyai kain seprai putih yang cukup panjang," tambahnya.

Tanpa tahu harus menuju ke mana untuk mencari kain merah, pemuda kelahiran Madiun, 20 Oktober 1920, ini lantas berjalan menyusuri rel KA dari Pegangsaan sampai Pasar Manggarai.

Di pinggir pasar ia melihat sebuah warung soto bertenda kain merah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini