News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Warga Kehormatan Korp Brigade Mobil

Try Sutrisno: Polisi Indonesia Adalah Polisi Pejuang

Penulis: FX Ismanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Kehormatan Brimob - Wapres RI Keenam, Jenderal TNI (Pur) Try Sutrisno berpidato setelah menerima anugerah warga kehormatan Brimob dan yang disaksikan Ketua Umum Peguyuban Keluarga Besar Brimob (PKBB) Komjen Pol (Pur) Imama Sudjarwo (kiri), Dan Korps Brimob Irjen Pol Rudy Sufahriadi (tengah) dan Wakil Ketua Umum PKBB Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi, yang berlangsung di Monumen Perjuangan Polri, Jl. Raya Darmo, Surabaya, Senin (20/8/2018).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ciri khas polisi Indonesia adalah polisi pejuang. Sebagaimana TNI yang adalah tentara pejuang, polisi Indonesia adalah juga polisi pejuang yang lahir karena berjuang untuk merebut dan sekaligus mempertahankan kemerdekaan. Kemerdekaan bukanlah hadiah dari penjajah tetapi direbut dengan pengorbanan para pahlawan. Oleh karena itu, dalam konteks ini, baik tentara dan polisi adalah bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia yang sejatinya adalah bangsa pejuang.

Demikian ditegaskan oleh Wapres RI Ke-6, Jenderal TNI (Pur) Try Sutrisno dalam pidatonya menyusul dikukuhkannya mantan Panglima ABRI itu sebagai warga kehormatan Korp Brigade Mobil (Brimob), yang berlangsung di Monumen Perjuangan Polri, Jl. Raya Darmo, Surabaya, Senin (20/8/2018).

Photo Bersama (kiri ke kanan) : AM Putut Prabantoro (Alumnus Lemhannas PPSA XXI), Jenderal TNI (Pur) Try Sutrisno, Lina SE (Alumnus Lemhannas PPSA XXI), Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi (Ketua IKAL Lemhannas PPSA XXI), Irjen Pol Machfud Arifin (Kapolda Jatim) dan belakang Irjen Pol. Rudy Sufahriadi (Dan Korps Brimob). (/)

Hadir dalam acara tersebut antara lain, Ketua Umum Paguyuban Keluarga Besar Brimob (PKBB) Komjen Pol (Pur) Imam Sudjarwo, Mantan Kapolri Jenderal Pol (Pur) Rusman Hadi, Mantan WakaPolri Komjen Pol (Pur) Jusuf Manggarbarani, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin, Dan Korps Brimob Irjen Pol Rudy Sufahriadi, pelaku sejarah AKBP (Pur) Mukari dan Mudjono, Ketua Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) PPSA XXI Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi, Alumnus PPSA XXI AM Putut Prabantoro, Lina SE dan Taufik Dwi Cahyono, yang juga putera dari Try Sutrisno.

“Tentara Indonesia memiliki tiga jati diri yakni sebagai Tentara Pejuang yang lahir karena berjuang, Tentara Rakyat karena berasal dari seluruh lapisan rakyat dan Tentara Nasional yaitu tentara yang dimiliki bangsa dan bukan dimiliki partai atau golongan. Demikian pula halnya Polri adalah polisi pejuang seperti halnya tentara Indonesia. Perang polri tidak bisa dilepaskan dari sejarah pertempuran Surabaya November 1945,” ujar Try Sutrisno.

Menurut Try Sutrisno, sifat kejuangan itu diwujudkan dalam bentuk cinta perdamaian, persatuan, rela berjuang bukan karena uang tetapi karena keterpanggilan serta merangkul kesatuan dan persatuan. Oleh karena itu, adanya makam pahlawan ada di mana-dimana sebenarnya untuk menunjukan dan sekaligus sebagai simbol bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang.

Polisi istimewa di bawah M Jasin, diurai Try lebih dalam, mempunyai peranan penting dalam pertempuran Surabaya tersebut. Jasin menggerakan arek-arek Surabaya terlibat dalam pelucutan tentara Jepang dan sekaligus melawan tentara Sekutu yang datang ke Indonesia melalui Surabaya. Bahkan begitu hebatnya pertempuran Surabaya, diceritakan bagaiman seorang ibu dengan rela anak-anaknya berjuang dan bahkan menyuruh anak bungsunya berjuang sekalipun kedua anak laki-laki lainnya telah gugur.

“Yang dimaksud arek-arek Surabaya bukan hanya penduduk asli Surabaya , tetapi segenap orang Indonesia yang tinggal di Surabaya. Hotel Oranye merupakan saksi bisu sejarah hebatnya pejuang kita menyobek bendera Belanda. Yang menyobek adalah pemuda Paiman. Oleh karena itu tugu Monumen Perjuangan Polri sekaligus menjadi saksi sejarah keterlibatan Polri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang berjuang bersama arek-arek Surabaya,” Try Sutrisno melanjutkan ceritanya.

Warga Kehormatan Korps Brimob, Jenderal TNI (Pur) Try Sutrisno. (/)

Oleh karena itu, Try Sutrisno berpesan agar tugu Monumen Perjuangan Polri tidak boleh menjadi kusam dan harus terus dipelihara. Kusamnya sebuah monumen akan menghilangkan semangat yang ada dalam monumen tersebut yang dibangun untuk memelihara spirit yang ada dalam monumen tersebut.

“Monumen itu spirit yang hidup, harus dipelihara, tidak boleh kusam. Jika kusam, spirit yang ada di dalamnya ketika dibangun, akan menghilang. Jaman tetep berubah, generasi berganti. Tetapi jangan melupakan sejarah. Setiap generasi harus diberitahu dan diingatkan tentang sejarah perjuangan bangsa. Oleh karena itu, saya berterimakasih karena telah diingat oleh generasi penerus dengan diangkat sebagai warga kehormatan Brimob,” tegas Try Sutrisno.

Alasan pemberian warga kehormatan adalah Try Sutrisno dianggap mengetahui perjalanan sejarah Polisi Istimewa yang sebelumnya bernama Tokubetsu Keisatsutai , dan yang kemudian disebut Brimob. Kehormatan itu diberikan karena kesaksiannya atas sejarah pembentukan Kepolisian Republik Indonesia serta keterlibatan Polisi Istimewa dalam Perang 10 November 1945 dengan tokoh sentralnya M. Jasin, yang pada waktu itu berpangkat Inspektur Polisi Tingkat Satu (IPTU). Kelak kemudian pada 2015, Komjen Pol (Pur) M. Jasin diangkat sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah. Lebih dari itu, Monumen Perjuangan Polri untuk pertama kali ditandatangani oleh Try Sutrisno ketika menjabat sebagai Panglima ABRI pada 2 Oktober 1988.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini