TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Hanura, Inas Nasrullah Zubir, merasa tidak aman ketika dirinya mendapatkan persekusi pasca deklarasi kampanye damai di Tugu Monas, Minggu (23/9/2018) lalu.
"Ada 22 kali dia teror saya. Saya tutup, dia telepon, saya tutup dia telepon. Masih saya anggap biasa, tapi ketika dia bilang dia alumni Poso, saya jadi takut," ujar Inas di Bareskrim Polri, Jakarta Pusat, Rabu (26/9/2018).
Teror tersebut, dikatakan Inas, dilakukan via aplikasi berbalas pesan WhatsApp.
"Dia mempersoalkan masalah insiden toilet di Monas hari Minggu lalu antara saya dan Prabowo," lanjut Inas.
Dalam pembicaraan dengan orang tak dikenal tersebut, Inas mengaku dimaki dan diminta untuk tidak cari popularitas.
"Dia bilang, saya ini enggak usah cari popularitas dari peristiwa kencing di Monas itu. Katanya, saya ini bukan siapa-siapa," tambah Inas.
Baca: Insiden di Monas, KPU RI Buka Komunikasi dengan Partai Demokrat
Di saat itulah, Inas menanyakan siapa orang tersebut.
"Dia bilang pengawalnya Prabowo, Garda 08, rumahnya markas 08," pungkasnya.
Seperti diketahui, pada deklarasi kampanye damai di Tugu Monas, Minggu (23/9/2018), Inas tengah buang air kecil di toilet di sana.
Pintu tempat Inas buar air sempat digedor oleh seseorang.
"Sabar! Nanggung nih! Tapi kemudian pintu toilet digedor lagi, sambil bilang 'Pak Prabowo mau pakai toiletnya, tolong keluar dulu...!' Langsung gue teriak lagi: 'Sabar! Emang siapa dia?!'" cerita Inas.
Setelah selesai buang air, Inas pun keluar dari toilet.
Di pintu toilet, dia melihat wajah orang-orang yang sudah menunggu, salah satunya Prabowo Subianto yang berdiri di antara para pengawalnya.
"Depan pintu toilet sudah berdiri tuh orang-orang muda tinggi besar pakai baju Jawa dan di antaranya adalah Prabowo dengan muka merengut asem. Enggak tahu deh tuh, doi merengut karena nahan kencing atau marah sama gue," ucap Inas.
"Si rakyat yang enggak mau mendahului kepentingan doi. Ah bodo amat, gue pelototin aja dia ama pengawalnya sekalian, menyebalkan!" sambungnya.