Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB ) mengandalkan alat deteksi tsunami atau Deep-Ocean Tsunami Detection Buoy milik luar negeri, untuk mengetahui adanya potensi tsunami.
Kepala Pusat Data dan Informasi Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho Mengatakan, saat ini BNPB mengandalkan lima Buoy tsunami milik negara lain, karena milik Indonesia telah rusak oleh vandalisme sejak 2012.
Baca: Jadwal Siaran Langsung RCTI Tottenham Vs Barcelona Matchday 2 Liga Champions
"Satu buah milik India di Aceh, satu buah milik Thailand di perairan Andaman, 2 buah milik Austaralia di Sumbawa dan satu unit milik Amerika Serikat di utara Papua," ujar Sutopo di kantornya, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
Menurut Sutopo, alat tersebut sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi dengan cepat jika terdapat potensi tsunami, dimana harga Buoy untuk buatan Amerika dikisaran Rp 7 miliar sampai Rp 8 miliar.
"Tapi kalau Buatan BPPT itu juga ada, harganya Rp 4 miliar dan kita butuh 25 Buoy itu," ucap Sutopo.
Selain Buoy, kata Sutopo, BNPB juga membutuhkan sarana prasana untuk mitigasi bencana, seperti 1.000 sirine, 200 sismometer, 500 akselerometer, 18 radar pantai dan 200 intensity meter.
Kemudian, esarpras evakuasi kebutuhannya sebanyak 11.500km, tempat evakuasi sementara sebanyak 2.300 unit, 100.000 unit, rambu evakuasi 500.000 unit.