TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai aktivis Ratna Sarumpaet harus dikeluarkan dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno.
Hal tersebut menyusul pengakuan aktivis berusia 70 tahun itu yang telah membuat berita bohong soal penganiayaan yang menimpa dirinya.
"Ratna harus dikeluarkan dati Tim Prabowo sebelum daya rusak kebohongannya itu meluluhlantahkan elektabilitas Prabowo," ujar Adi saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (3/10/2018).
Adi pun menilai, kebohongan yang dilakukan Ratna merupakan blunder bagi kubu Prabowo - Sandiaga.
Hal itu akan semakin menebalkan keyakinan publik bahwa kubu Prabowo-Sandiaga kerap memproduksi hoaks.
"Bagi kubu Prabowo akan semakin menebalkan keyakinan publik bahwa kubu ini kerap memproduksi hoaks," kata Adi.
Sementara, kubu Jokowi - Ma'ruf Amin, menurut Adi, akan mendapat dampak positif karena selama ini selalu menjadu sasaran hoaks.
"Kebohongan Ratna otomatis akan memberikan dampak positif ke Jokowi karena selama ini selalu menjadi sasaran hoaks. Jokowi dapat bola muntah simpati rakyat," jelas Adi.
Aktivis HAM Ratna Sarumpaet akhirnya mengaku foto wajah lebamnya yang beredar viral bukan karena dikeroyok, melainkan akibat dari efek suntikan di bagian pipi dari dokter bedah.
"Tanggal 21 saya mendatangi khusus bedah menemui dokter Sidik ahli bedah plastik. Kedatangan saya kesitu untuk melakukan sedot lemak. Tetapi, setelah saya bangun, saya mengalami muka yang lebam-lebam. Intinya begitu," kata Ratna dalam konferensi persnya di Jalan Kampung Melayu Kecil 5, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2018).