Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mewakili Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, membuka 'Jogja Internasional Batik Bienalle 2018' (JIBB), di Pagelaran Kraton, Yogyakarta, Rabu (3/10/2018).
Gelaran JIBB diawali dengan simposium yang dilaksanakan 2 Oktober 2018 dan diakhiri dengan workshop pada 6 Oktober 2018.
Baca: Pernah Pimpin Pasukan Mengapa Prabowo Bisa Dikelabui Ratna Sarumpaet? Dahnil Anzar Beri Penjelasan
"Pelaksanaan JIBB ini salah satu upaya kita untuk terus mempromosikan dan mengembangkan batik, karena batik ini sudah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Ini menjadi tanggung jawab kita supaya batik bisa terus beradaptasi dengan perkembangan zaman," ujar Muhadjir, dalam keterangannya, Kamis (4/10/2018).
Pada tahun 2008, jelas dia, Indonesia mengusulkan batik masuk dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya Pemerintah untuk melindungi dan mengembangkan batik.
Baca: Ratna Sarumpaet Berbohong, Gibran Rakabuming Tanggapi Permintaan Maaf Fadli Zon hingga Rizal Ramli
Melalui sidang tahunan ICH-UNESCO ke-4, tanggal 2 Oktober 2009, sekretariat Warisan Budaya Tak Benda UNESCO mengukuhkannya dalam kategori 'Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity'.
Kemudian, tanggal 2 Oktober ditetapkan pemerintah Indonesia sebagai Hari Batik Nasional.
"Oleh sebab itu, tanggal 2 Oktober ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Hari Batik Nasional,” jelas dia.
Kebudayaan membatik di Indonesia, kata Muhadjir, merupakan bagian dari warisan budaya tak benda.
Batik dinilainya bukan hanya selembar kain dengan motif tertentu dan cara pembuatan tertentu, tetapi dibalik batik terkandung makna filosofi yang sangat tinggi.
"Pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan para pengrajin batik, tidak hanya tanggungjawab Pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama lintas kementerian, lembaga, badan begara juga pemerintah daerah. Perdagangan, perindustrian, UKM, bertanggungjawab untuk pemasarannya dan ketersediaan bahan bakunya,” kata dia.
Baca: Permintaan Maaf Fadli Zon hingga Rizal Ramli Soal Ratna Sarumpaet Bohong, Direspon Gibran Rakabuming
Ia menambahkan, batik sudah bergerak menjadi suatu industri, dan semua pihak memiliki tanggungjawab untuk tetap menjaga nilai-nilai budaya dari batik.
Batik diharapkan dapat menjadi pendorong untuk pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada kebudayaan, dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat pendukungnya.
Selain itu, batik juga diharapkan dapat mengangkat industri kecil dan menengah sebagai pilar ekonomi Indonesia.
"Saya berharap dengan berlangsungnya Jogja International Batik Biennale 2018 ini dapat menjadikan Batik semakin mendunia dan menjadikan masyarakat semakin mencintai nilai budaya batik dan bangga akan warisan budaya nenek moyang kita,” kata Muhadjir.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, mengatakan bahwa penyelenggaraan JIBB digelar dengan konsep Inovation for sustainable future.
Sri Sultan HB X mengatakan batik dituntut mampu menerobos fashion style dunia sebagai produk tradisi dengan tetap mengekspresikan identitas bangsa yang bersifat unik dan orisinal, serta alami kelestariannya untuk masa depan.
"Mewakili pemerintah dan masyarakat DIY saya menyambut baik dan mengapresiasi, serta berterima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh World Crafts Council menempatkan Yogya sebagai Kota Batik Dunia,” tutur Sri Sultan HB X.
Diketahui, Pelaksanaan JIBB tahun 2018 merupakan satu bentuk implementasi atas gelar yang diberikan tersebut.
Acara yang terdiri dari forum diskusi, pameran mode (fashion show), pameran batik, karnaval, dan kunjungan seni tentang batik dihadiri peserta dari berbagai penjuru dunia.