TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai, kasus berita bohong atau hoaks tentang penganiayaan Ratna Sarumpaet harus menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak, terutama para elite di negeri ini.
Meskipun menurut dia, sikap Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto wajar bereaksi keras ketika mendengar kisah temannya mendapat perlakukan tidak menyenangkan, berupa pengeroyokan oleh orang tidak dikenal.
Belajar dari kasus hoaks Ratna Sarumpaet, kata dia, elite politik harus melakukan pengecekan ulang terkait sesuatu yang besifat pribadi seperti kasus ini, sebelum disampaikan ke publik.
"Jadi sebagai reaksi teman datang berkeluh kesah oke diterima, dibela. Tapi sebelum disampaikan ke publik dicek dulu kebenarannya oleh timnya," jelasnya.
Baca: Dilaporkan Ke Bawaslu soal Dugaan Black Campaign Berita Hoaks, Fadli Zon: Sasarannya Siapa?
Sekali lagi dia menegaskan, peristiwa hoaks yang dibuat aktivis Ratna Sarumpaet menjadi pembelajaran untuk tidak asal menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenaran dan kesahihannya ke publik.
Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini.
Titi menuturkan, disinformasi atau hoaks bisa “memakan” korban tanpa kenal status sosial, status politik, ataupun latar belakang pendidikan.
“Ini jadi pelajaran bagi elite politik bahwa disinformasi atau hoaks itu juga bisa berasal orang dekat kita dan orang yang kita percaya sekalipun. Sehingga konfirmasi, dan ricek serta klarifikasi menjadi sebuah keharusan dalam menerima informasi atau berita tertentu,”tutur Titi seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (5/10/2018).
Menurut Titi, peristiwa hoaks yang dibuat aktivis Ratna Sarumpaet menjadi pembelajaran untuk tidak asal menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenaran dan kesahihannya.
Titi meminta semua pihak agar tidak cepat melakukan publisitas apalagi bila dikaitkan dengan hal-hal menyangkut keuntungan elektoral di kontestasi Pemilu 2019.
“Tabayyun atau konfirmasi suatu kebenaran menjadi sangat diperlukan apalagi kalau itu ada huhungannya dengan aktor politik dan peristiwa elektoral yang sedang berlangsung,”tutur Titi.
Menurut Titi, hoaks telah manipulasi informasi yang disebarkan secara sengaja untuk membuat pemilih membuat keputusan tidak berdasarkan prinsip kejujuran.
“Jadi hoaks membuat kedaulatan rakyat menjadi tidak lagi murni, hoaks menjauhkan daulat rakyat dalam pemilu akibat manipulasi dan kebohongan yang disebarkan secara sengaja untuk membuat pemilih membuat keputusan tidak berdasarkan prinsip kejujuran dan keadilan,”ujar Titi.
“Hoaks itu adalah racun yang bisa mematikan demokrasi jika kita terus biarkan hidup dalam demokrasi kita,”sambung Titi.
Diberitakan sebelumnya, aktivis Ratna Sarumpaet mengakui berbohong soal penganiayaan yang disebut terjadi padanya. Faktanya, tidak pernah ada penganiayaan seperti kabar yang beredar.(*)