Kondisi tersebut tentu menghasilkan tantangan yang lebih berat bagi Ketahanan Nasional.
Hal ini karena banyak profesi yang hilang karena itu kini diperlukan talent guna menjadi katalis dalam proses yang menciptakan bisnis baru dan pekerjaan baru.
"Dan salah satunya melalui kreasi konektivitas. Dimana semua generasi bersama-sama untuk mengatasi hal tersebut. Kreasi konektifitas ini intinya merupakan bentuk nyata gotong royong di era teknologi informasi," katanya.
Baca: Royal Enfield Kenalkan Moge Anyar Interceptor INT 650 Versi Kustom di Ajang Kustom Fest 2018
Menurut Suhono, Society 5.0 pada dasarnya adalah kebersamaan. Untuk itu tidak perlu lagi ada pembagian istilah generasi Y, generasi X dan sebagainya, yang membuat anak bangsa ini terkotak-kotak. Kini sebaiknya menggunakan istilah C-Generasi atau Connectivity Generation, sebab sepanjang konektivitas ada, mereka dapat bersinergi membangun ketahanan nasional.
Yono Reaksi Prodjo menyatakan jika tendensi perang masa depan telah berubah. Dimana perang tersebut dimungkinkan berjalan singkat dan memungkinkan terselubung, menyebabkan kelumpuhan yang mematikan.
"Membunuh orang secara spesifik dan terakhir tidak merusak landmark. Perang itu diantaranya dapat melalui perang informasi," katanya.
Secara garis besar, perang informasi tersebut dilakukan melalui tiga cara. Penipuan, pengalihan dan pembelahan.
Dan sasaran utama cyber attacks tersebut ternyata bukan di sektor pertahanan dan keamanan. Serangan cyber lebih ditujukan kepada Business Sector (204: 89.5%). Diplomatic Sector (7: 3.1%). Governmental Sector (3: 1.3%). Defense & Security Sector (2: 0.8%). Other (12: 5.3%).
Sekalipun Indonesia telah memiliki proteksi guna menghadapi perang informasi, seperti adanya UU ITE 2008 dan Perpres 53/2017 yaitu BSSN misalnya, masing-masing masih bergerak sendiri-sendiri. Padahal perang informasi harus dilakukan secara bersinergi. Karena itu negara Indonesia perlu melakukan kerjasama guna menghadapi hal tersebut.
"Dalam menghadapi perang informasi, yang perlu dilakukan adalah sinergitas antar instansi. Selain itu juga perlu adanya upaya untuk membangun Manajemen Persepsi guna meminimalisir hal tersebut," kata Yono.