TRIBUNNEWS.COM – Sawahlunto merupakan kota kecil yang terletak di timur laut Padang, Sumatera Barat. Meski berada di pelosok, kota ini justru menyimpan banyak cerita pada masa kolonial Belanda.
Salah satu sejarah Sawahlunto yang paling dikenal adalah berdirinya tambang batu bara pertama di Indonesia.
Seperti diketahui Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Melihat hal itu, Belanda tertarik datang ke tanah air dan mengeksploitasi batu bara berkualitas di Sawahlunto.
Pada tahun 1867 Willem Hendrik De Greve, seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda, bahkan memperkirakan terdapat 200 juta ton deposit batu bara yang tersebar di titik lokasi ini. Tak heran, ketika Belanda berhasil menguasai daerah ini, mereka mempekerjakan paksa (rodi) masyarakat di sekitar Kota Sawahlunto untuk menambang.
Tersebar cerita kalau dulunya, kaki dan tangan para pekerja ini dirantai agar tak bisa melarikan diri selama bekerja.
Untungnya, salah satu titik deposit batu bara di Sawahlunto telah menjadi cikal bakal terbentuknya pendidikan tambang tertua di Indonesia. Berlokasi di Sungai Durian, tambang ini dikenal dengan Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT).
Pemilihan Sungai Durian bukan tanpa alasan. Pasalnya, keberadaan lokasi tersebut sarat akan latar belakang sejarah. Diantaranya pernah dijadikan sebagai penjara “orang rantai" yang dipaksa bekerja untuk penambangan batu bara Sawahlunto.
Pendirian BDTBT ini merupakan upaya pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil di bidang tambang bawah tanah. Oleh karena itu, BPSDM ESDM ditunjuk untuk memantau serta menyajikan pelatihan guna memaksimalkan industri sektor ini.
Awalnya, institusi ini bernama Sekolah Tenik Tambang Menengah (STTM) Ombilin yang diresmikan pada tahun 1953.
Kemudian baru pada 1996, STTM Ombilin berubah menjadi Ombilin Mines Training College yang bekerja sama dengan ) dengan John Batman Institute of Tafe (JBIOT) Australia untuk membantu pengembangan kurikulum dan metoda diklat.
Tak hanya Australia, yayasan ini juga bekerja sama dengan dengan pemerintah Jepang melalui Japan Internasional Cooperation Agency (JICA).
Misi dari kerja sama ini adalah pembentukan suatu lembaga pendidikan dan pelatihan bidang pertambangan bertaraf internasional dan mandiri.
Sawahlunto Masa Kini
Seiring dengan perjalanan waktu, BDTBT kini telah menjadi institusi pendidikan yang mumpuni, karena lewat pendidikan dan pelatihan yang singkat, BDTBT mampu menawarkan teori dan praktik kerja yang mempersiapkan para pelajarnya untuk terjun langsung ke dunia kerja, khususnya pada bidang pertambangan, yakni tambang batu bara dan emas.
BDTBT juga melakukan penyusunan kurikulum dan modul-modul diklat berbasiskan analisa kompetensi untuk kebutuhan industri maupun aparatur pemerintah.
Kegiatan-kegiatan ini melibatkan sebagian besar stake holder bidang tambang bawah tanah di Indonesia, baik dari institusi teknik pusat dan daerah, perusahaan tambang bawah tanah maupun perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Adapun diklat unggulan yang ditawarkan oleh BDTBT ini, antara lain Diklat Operator Jumbo Drill (baru ada di BDTBT), Diklat Vertical Rescue, Diklat Mine Rescue Tambang Bawah Tanah, Diklat Pengeboran untuk Peledakan Tambang Bawah Tanah dan Diklat Surveyor Tambang Bawah Tanah.
Melalui Diklat Operator Jumbo Drill, peserta akan diberikan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pengeboran di tambang bawah tanah secara efisien serta memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Kedepannya, BDTBT sebagai satu-satunya lembaga pendidikan dan pelatihan pada bidang tambang bawah tanah di Asia Tenggara diharapkan terus berkembang dan menghasilkan tenaga-tenaga ahli di bidang tambang bawah tanah yang sangat dibutuhkan pada era sekarang dan akan datang.
Penulis: Dana Delani