News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Hashim Djojohadikusumo Sebut Indonesia Terancam Miskin Abadi Jika Tak Manfaatkan Bonus Demografi

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional Pasangan Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo, menyampaikan pandangannya saat berkunjung ke redaksi Tribunnews.com di Palmerah, Jakarta, Kamis (18/10/2018). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo menyebut Indonesia terancam akan menjadi negara miskin abadi bila tidak mampu memanfaatkan momentum bonus demografi.

Padahal menurutnya bonus demografi Indonesia bakal berakhir lebih cepat dari prediksi tahun 2036.

“Dalam sejarah manusia tak ada satu pun negara di dunia yang lolos dari kemiskinan abadi ketika mereka tak mampu memanfaatkan bonus demografi. Padahal pemerintah prediksi bonus demografi akan berakhir 2036, sementara Bank Dunia prediksikan 2030, waktu kita hanya 12-18 tahun lagi,” ungkap Hashim.

Hal itu disampaikan Hashim saat mengunjungi kantor Tribunnews.com di Palmerah, Jakarta Pusat, Kamis (18/10/2018).

Baca: Hashim Sempat Heran Prabowo Peduli pada Masalah Stunting

Oleh karena itu, Hashim mendorong pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan momentum tersebut.

Ia mengatakan Indonesia harus dalam keadaan sebagai negara kaya, dihitung dari pendapatan per kapita, bila ingin lolos dari ancaman negara miskin abadi.

“Seperti Cina mereka baru ‘declining’ dari bonus demografi pada tahun 2011, kemudian selama tujuh tahun mereka kehilangan sampai 20 juta angkatan kerja, namun Cina pada saat ini sudah menjadi negaa kaya,” ungkapnya.

Hashim juga mengingatkan masyarakat Indonesia agar tidak terbuai dengan fakta Indonesia sebagai negara ekonomi terbesar kelima.

“Benar itu kita adalah negara ekonomi terbesar kelima, tapi kekayaan itu yang menikmati negara lain karena segala sesuatunya kita impor, kekayaan melayang ke luar negeri,” pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini