Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah Sakit Polri Kramat Jati belum berhasil mengidentifikasi kembali jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP, Senin (29/10) kemarin.
Diketahui, pesawat dengan rute penerbangan Jakarta - Pangkal Pinang itu jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Kepala DVI RS Polri Kombes Pol Lisda Cancer mengatakan belum berhasilnya identifikasi jenazah dilakukan kembali lantaran minimnya data yang diperoleh.
"Mengingat minimnya data yang kami dapatkan, jadi kami belum bisa mengidentifikasi korban pada hari ini," ujar Lisda, di ruang Sentra Visum dan Medikolegal RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (1/11/2018).
Ia menjelaskan hal tersebut merupakan hasil dari sidang rekonsiliasi yang dilakukan pihaknya pada pukul 16.00 WIB tadi.
Sidang rekonsiliasi itu, kata dia, dipimpin langsung oleh Kepala RS Polri Kombes Pol Musyafak. Hadir pula Wakil Kepala RS Polri Kombes Pol Haryanto dan sejumlah ahli.
Baca: Rutan Medaeng Gelar Sidak Serta Sita Barang Napi, Sendok dan Sikat Gigi Bisa Jadi Senjata Tajam
Dengan hasil ini, Lisda menegaskan kembali bahwa belum ada jenazah yang berhasil teridentifikasi lagi usai almarhumah Jannatun Cintya Dewi.
"Pada hari ini, Kamis 1 November 2018 berdasarkan hasil sidang rekonsiliasi pukul 16.00 WIB di RS Bhayangkara Tingkat 1 Soekanto, dinyatakan belum ada jenazah yang teridentifikasi lagi," pungkasnya.
Seperti diketahui, pada Rabu malam, sudah teridentifikasi satu korban kecelakaan Lion Air PK-LQP atas nama Jannatun Cintya Dewi, perempuan asal Sidoarjo.
Korban merupakan anak dari Bambang Supriyadi sebagai suami dan Surtiem sebagai istri yang beralamat Dusun Prumpon, RT 1 RW 1, Sukodono, Jawa Timur.
"Dari 24 kantong yang kami terima, ada satu kantong, tepatnya kantong bernomor reg 00 lion tanjung priok/0010/xxx/201," ujar Kepala Pusat Inafis, Brigjen Hudi Suryanto di RS Polri, Jakarta Timur, Rabu (31/10/2018).
Di dalam kantong tersebut, Hudi melanjutkan, terdapat bagian tubuh yakni tangan kanan lengkap dengan lima jarinya, kemudian menyambung satu bagian dada sampai perut.
Dari sana, Hudi mengatakan dilakukan perbandingan dengan sidik jari dari satu telunjuk yang kondisinya bagus dengan sidik jari di E-KTP milik korban, dan akhirnya teridentifikasi.