Hunian Nyaman Terpadu (Integrated Humanity Shelter/ICS) kembali dibangun di Kabupaten Sigi, tepatnya di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Minggu (4/1/20181), peletakan batu pertama dilakukan sebagai tanda pembangunan kompleks ICS kedua di Kabupaten Sigi ini akan dilanjutkan.
Acara tersebut dihadiri oleh Senior Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT) Syuhelmaidi Syukur dan Bupati Sigi Muhammad Irwan Lapata.
Syuhelmaidi mengatakan pembagunan Hunian Nyaman Terpadu juga berarti awal pemulihan kehidupan masyarakat.
“Alhamdulillah hari ini kita peletakan batu pertama Hunian Nyaman Terpadu. Bagi kami, ini adalah proses pemulihan awal. Baik pemulihan secara fisik, yaitu dengan pendirian hunian, kemudian menyusul sosial dan ekonomi. Sehingga, saat ini kita tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun sebuah kehidupan baru bagi masyrakat di Sigi, insyaallah,” terang Syuhel.
Kompleks hunian yang dibangun di Lapangan Bola Desa Lolu tersebut akan terdiri dari 140 unit tempat tinggal, 36 unit MCK, dapur umum, masjid, taman bermain, kantor desa, sekolah, hingga sekretariat dan ruang kesehatan.
Semua fasilitas itu diperuntukkan bagi penyintas gempa, tsunami, dan likuefaksi di Desa Lol dan Desa Jono Oge.
Lebih lanjut Syuhelmaidi mengatakan, pembangunan hunian di ICS Lolu juga diiringi dengan pembangunan ACT Humanity Store (AHS).
Sebuah layanan yang menyediakan kebutuhan logistik gratis bagi para pengungsi, baik yang tinggal di ICS maupun di sekitarnya.
“Saat ini kami sedang mempersiapkan logistik untuk sekitar 4.200 warga terdampak. Per hari kita akan layani sekitar 300 pengungsi. Mereka bisa memperoleh sembako dengan menggunakan kartu (humanity card). Pelayanan AHS nantinya seperti pelayanan di minimarket. Konsepnya seperti AHS di Lombok,” tambahnya.
Sejalan dengan itu, Bupati Sigi Muhammad Irwan Lapata juga menyampaikan terima kasih atas kerja sama ACT dengan pemerintah daerah.
“Saya mewakili masyarakat Kabupaten Sigi, khususnya Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru mengucapkan terima kasih tak terhingga,” ungkapnya dalam sambutan acara peletakan batu pertama pembangunan ICS di Desa Lolu, (4/11/2018).
Irwan pun mengajak segenap masyarakatnya untuk segera memperbaiki keadaan pascabencana melanda.
“Saya menyampaikan kepada masyarakat saya, kepada keluarga saya di Desa Lolu, mari kita bersyukur dan bersabar, mari kita bangun Kabupaten Sigi,” ajaknya.
Sementara itu, Direktur Global Humanity Response (GHR) ACT Bambang Triyono menyampaikan, implementasi ICS di Lolu merupakan upaya tanggap ACT menunaikan amanah publik dalam membantu penyintas gempa, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah.
“Setelah fase emergency dinyatakan selesai sejak 26 Oktober lalu, sekarang sudah memasuki fase transisi menuju pemulihan, tapi kita lihat warga masih tidur di tenda-tenda. Kita berpacu dengan waktu, begitu pun amanah publik kepada ACT harus segera diorientasikan,” papar Bambang.
ICS Lolu akan dibangun di lahan seluas 110x65 meter dengan penerima manfaat 130 KK atau setara 620 jiwa. ICS terbesar bagi masyarakat terdampak bencana di Sulawesi Tengah itu pun ditargetkan selesai dalam waktu sebulan.
“Ke depan kita berharap bisa mendapatkan titik pendirian ICS lebih banyak, kita harus bekerja lebih cepat. Bahkan kita mengarahkan relawan konstruksi jauh lebih banyak, sampai saat ini kita memiliki 400 relawan konstruksi,” tegas Bambang.
Roboh dan hilang digetarkan bumi
Rusmiyati (35) tidak habis pikir bila rumahnya akan roboh seketika itu juga. Ia menceritakan kejadian nahas (28/9/2018) lalu saat gempa mengguncang Donggala.
Azan Magrib baru saja berkumandang, ia hendak bergegas masuk ke rumah bersama anak bungsunya Caca (3) setelah menikmati sore.
Namun, saat itu bumi tiba-tiba bergetar dahsyat. Ia teringat anak sulungnya, Gilang (16), masih di dalam rumah.
“‘Gilang anakku!’ Langsung saya berteriak,” ceritanya dengan tabah.
Berhasil Gilang bisa segera keluar dari rumah walau sempat mengalami luka robek karena tertimpa material bangunan.
Rusmiyati adalah salah satu calon penerima manfaat Hunian Nyaman Terpadu di Desa Lolu. Mengetahui tempat mengungsinya akan segera dibangun hunian, ia begitu bersyukur.
“Bagus sekali. Kami sangat butuh sekali. Saat gempa kami langsung lari ke lapangan ini. Awal belum dapat terpal, kami tidur dengan kardus,” tuturnya.
ia pun berharap Hunian Nyaman Terpadu akan lekas bisa digunakan.
Kepala Desa Lolu Tarmin Haero pun menyampaikan dukungan penuh pendirian kompleks ICS tersebut.
“Saya sebagai kepala desa mendukung penuh pendirian tempat tinggal bagi warga kami. Masyarakat juga menyambut dengan baik. Bahkan kami bantu mencarikan lahan,” tuturnya.
Desa Lolu menjadi salah satu daerah terdampak gempa cukup parah. Tarmin menyebutkan, 22 orang warganya meninggal dunia dan hilang terkena reruntuhan bangunan yang diguncang gempa.
Tidak jauh dari Desa Lolu, juga terdapat sebuah daerah terdampak likuefaksi, Desa Jono Oge.
Sejumlah rumah mengalami rusak parah hingga bergeser sejauh tiga meter.
Fenomena hilangnya kekuatan tanah karena gempa itu membuat tanah yang semula keras menjadi lumpur.
Semua bangunan di atasnya hanyut atau tenggelam.
Peristiwa 22 detik itu membuat ratusan orang meninggal dunia dan ribuan lainnya tidak memiliki tempat tinggal.
Per 4 November, ACT telah membangun empat kompleks hunian nyaman terpadu yang tersebar di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi.
Kini jumlah penerima manfaat hunian sementara yang diinisasi ACT telah mencapai 400 KK. (*)