TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana konferensi pers terlihat riuh ketika Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjadwalkan pada Selasa (6/11/2018) bersama pihak keluarga untuk mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP.
Niatnya, pada Selasa besok, Menhub Budi rencananya akan dilakukan tabur bunga di lokasi tersebut.
Beberapa pihak keluarga mulai berdiri dari posisi duduknya sembari mengacungkan tangan, tanda mereka masih ingin bertanya.
"Maaf Pak, kami keberatan untuk tabur bunga Pak, kami masih berharap," ujar salah satu keluarga korban di Hotel Ibis Cawang, Jakatta Timur, Senin (5/11/2018).
Menhub Budi Karya Sumadi pun mengiyakan pernyataan keluarga korban tersebut.
"Oke, saya memberikan opsi, kita datang ke sana saja, tidak tabur bunga boleh, paling tidak kita tahu lokasinya," kata Menhug Budi.
Ketika Menhub Budi Karya Sumadi ingin melanjutkan kalimat berikutnya, seorang lelaki kemudian berdiri dan mengatakan kalimat tambahan.
Baca: Sebut Prabowo Sosok Emosional, Sekjen PSI Dilaporkan ke Bawaslu
Dia lelaki berkopiah hitam dengan motif garis kuning di bagian atasnya.
Dirinya tidak memperkenalkan nama, tetapi mengaku sebagai orangtua dari korban atas nama Muhammad Rafi Andrian, manifes bernomor 8.
"Kami datang ke sini menginginkan identifikasi anak kami Pak. Sekarang sudah 7 hari lebih kami di sini, sudah 8 hari," ujar orangtua Rafi.
Orangtua Rafi meminta ada penambahan personel dari Polri untuk melakukan proses identifikasi.
"Kalau kami hitung, hasil identifikasi baru 14 orang, kalau 7 sehari, berarti 10 hari baru 70 orang," tambahnya.
Suaranya yang lantang menyerukan bahwa banyak jumlah dokter dari Polri yang bisa diikutsertakan dalam proses identifikasi korban-korban Lion Air PK-LQP.
"Tolong ditambah Pak, kami sangat ingin ada hasilnya dari anak kami," kata orangtua Rafi tersebut.