TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, butuh keberanian melakukan pembangunan moda transportasi massal. Transportasi massal menurutnya, merupakan masa depan transportasi masyarakat untuk menghindari kemacetan di kota manapun.
Pernyataan Presiden yan disampaikan saat meninjau perkembangan proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI), Selasa (6/11/2018) kemarin.
Proyek ini, kata Presiden, sudah berada dalam tahap penyelesaian akhir dan diharapkan dapat segera beroperasi untuk melayani masyarakat pada Maret 2019 mendatang. "Proyek ini telah selesai 97 persen. Jadi kurang hanya 3 persen dan kita harapkan nantinya di Maret 2019 sudah mulai operasional," kata Presiden.
Presiden Jokowi memuji kualitas dan kenyamanan kereta yang saat itu dirinya naiki. Ia menyebut suara gerbong yang dinaikinya tidak berisik meski menempuh perjalanan dengan kecepatan 60 kilometer per jam.
"Saat tadi kita naik dengan kecepatan 60 kilometer per jam suaranya dapat dikatakan tidak ada bisingnya, tidak terdengar, dan menurut saya sangat bagus," lanjutnya.
Baca: Rizieq Shihab Dikabarkan Ditangkap di Arab Saudi, Begini Faktanya
Kepala Negara berharap proyek pembangunan MRT ini akan berlanjut ke tahap kedua yang menghubungkan Bundaran HI hingga Ancol, Jakarta Utara. Selain itu, pemerintah juga mengharapkan agar MRT ini terintegrasi dengan moda transportasi lain yang sudah ada.
"Harus terintegrasi antara MRT, LRT, kereta bandara, Transjakarta, Kopaja, dan angkot. Kalau itu terintegrasi ya pertama akan mengurangi kemacetan, yang kedua mengurangi penggunaan mobil-mobil pribadi di Jabodetabek," kata Presiden.
"Kalau kita tidak berani memutuskan kita tidak mengerti sebetulnya ada masalah, kendala, dan tantangan apa di situ," ia memastikan.
Baca: Tim Alpha Zona NTT Deklarasi Dukungan untuk Jokowi-Maruf Amin
Mengenai transportasi dan konektivitas untuk publik, menurut info yang didapat dari Kantor Staf Presiden, Hingga 2018 pemerintahan Jokowi JK telah membangun Jalan sepanjang 3.432 KM, Jalan tol sepanjang 947 KM, Jembatan sepanjang 39,8 KM, Jembatan gantung 134 unit.
Di sektor perkereta apian, hingga 2018 telah terbangun Jalur KA termasuk Jalur Ganda & Reaktivasi 754,59 km’sp. Light Rail Transit (LRT) di Sumatera Selatan dan Jakarta selesai dibangun, Jabodebek akan selesai tahun 2019)
Mengenai bandara, hingga 2018 telah terbangun 10 bandara baru, revitalisasi dan pengembangan 408 bandara di daerah rawan bencana, terisolasi dan wilayah perbatasan.
Baca: Ibaratkan Depo MRT Jakarta Seperti Bandara, Budi Karya: Keamanan Harus Diperketat
Sedangkan pembangunan Angkutan Udara Perintis Kargo dapat menurunkan disparitas harga 5 bahan kebutuhan pokok sebesar 57,21% untuk masyarakat daerah terpencil dan daerah tertinggal atau daerah yang belum terlayani moda transportasi lain.
Pembangunan infrastruktur konektivitas pada 4 tahun ini didedikasikan untuk mempermudah mobilitas masyarakat bekerja dan berusaha. Selain juga demi meratanya distribusi barang/jasa, meningkatnya produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.