TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan muktamar Surabaya Arsul Sani geram dengan adanya Musyawarah Kerja Nasional yang digelar oleh PPP muktamar Jakarta pimpinan Humphrey Djemat.
Arsul mengatakan PPP kubu Humphrey tengah mencari perhatian publik. Karena itu, dalam Mukernas diangkat dua isu, yakni soal islah dan elektabilitas PPP yang di bawah ambang batad parlemen
"Kalau mau islah kan' bukan dengan cara bikin ulah. Cukup datang ke kantor DPP dan bicara baik-baik dengan kami, sampaikan apa maunya," ujar Arsul melalui keterangan tertulisnya, Jumat (16/11/2018).
Bahkan, Arsul menyebut PPP kubu Humphrey tidak memahami sejarah PPP. Sejak 2004, ucap Arsul, suara PPP berdasarkan hasil survei memang lebih kecil dibandingkan hasil penghitungan suara saat pemilihan.
"Bahkan pada Pemilu 2014 lalu, survei PPP paling tinggi hanya 2,2% tapi hasil realnya 6,53%. Nah kalau sekarang malah antara 2,4% sampai dengan 4,7% artinya dari sisi survei malah lebih tinggi dari yang hasil survei pemilu-pemilu sebelumnya. Mereka bilang khawatir itu menandakan mereka tidak tahu sejarah," tutur Arsul.
Baca: Ajak Islah PPP Kubu Romy, PPP Kubu Humphrey: Air Susu Dibalas Air Tuba
Arsul menuding PPP kubu Humphrey sudah berkali-kali membuat ulah dengan dugaan memalsukan kop surat, stempel, dan kerap mengatasnamakan DPP PPP. "Maka kesabaran kami sudah habis. Kami akan ambil tindakan hukum secara pidana," tutur Arsul.
Arsul kembali menegaskan, PPP kubu Humphrey tidak memiliki pengaruh yang signifikan. "Apalagi Humphrey Djemat, nyoblos PPP saja belum pernah, karena baru menyatakan diri PPP pasca Pemilu 2014," tuturnya.