Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perdagangan bersama Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkolaborasi untuk membangkitkan kejayaan lada Indonesia.
Kolaborasi ini dilakukan bertepatan dengan momentum peringatan Hari Lada 2018 yang berlangsung hari ini, Kamis (22/11) di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
"Kegiatan ini merupakan momen yang tepat untuk membangkitkan kembali kejayaan rempah Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil rempah, termasuk lada, nomor satu dunia. Kolaborasi antara pemangku kepentingan dari sektor hulu ke sektor hilir sangat penting untuk dilakukan guna meningkatkan daya saing lada Indonesia," ujar Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional, Dody Edward saat pembukaan Hari Lada 2018.
Indonesia berpotensi besar menjadi negara terbesar produsen lada di pasar internasional. "Saat ini Indonesia baru menyuplai 13 persen produksi lada global.
Langkah-langkah konkret dirancang dan diimplementasikan untuk membangun sektor lada Indonesia agar mendukung cita-cita Presiden RI untuk mengembalikan kejayaan rempah,” lanjut Dody.
Sebagai tuan rumah Hari Lada 2018, Gubernur Provinsi Kepulauan Babel, Erzaldi Rosman menekankan agar kebijakan pemerintah pusat berjalan seiring dengan pemerintah daerah.
“Agar berdaya saing, kolaborasi memang penting. Pemerintah daerah dapat membantu dengan pemberian bibit dan mengajarkan cara menanam yang baik untuk meningkatkan produktivitas. Sedangkan antar- kementerian di pusat juga perlu berkolaborasi untuk mendukung lada menjadi produk unggulan. Selain itu, budidaya lada di Bangka Belitung tidak hanya menjadi kegiatan ekonomi, namun juga sudah menjadi budaya dan kebiasaan untuk menanam lada. Seluruh pihak harus berkolaborasi supaya harga menguntungkan bagi petani,” jelas Erzaldi.
Hari Lada merupakan program tahunan yang diadakan negara produsen lada anggota Organisasi Lada Internasional (International Pepper Community/IPC). Pada tahun ini, peringatan Hari Lada mengusung tema “Kolaborasi Menuju Lada Indonesia yang Berdaya Saing”.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan lada dan produk turunannya di pasar domestik dan dunia internasional.
Menurut Plt. Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional, Deny Kurnia, Hari Lada yang dilaksanakan di Pangkalpinang untuk kedua kalinya dalam dua tahun berturut adalah hasil kerjasama yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Selain itu, membuktikan komitmen Pemerintah Provinsi Babel menjadi Provinsi Lada dalam mendukung pencanangan Provinsi Babel sebagai Provinsi Lada.
Selama ini, Provinsi Babel dikenal sebagai produsen lada terbesar dan penyuplai lada putih Muntok.
Babel juga menjadi lokasi pertama bagi pembangunan sistem resi gudang lada yang didukung penuh oleh Kementerian Perdagangan.
Acara Hari Lada 2018 diisi dengan lokakarya nasional yang menampilkan panelis dari pemerintah pusat, lembaga internasional, Dewan Rempah Indonesia dan lembaga keuangan.
Kegiatan juga dimeriahkan dengan pameran produk lada dan lomba-lomba lainnya seperti pengenalan komoditas lada kepada anak-anak melalui lomba mewarnai.
Topik lokakarya tahun ini mengupas tentang pembangunan peta jalan (roadmap) lada nasional, penerapan sistem resi gudang untuk meningkatkan harga, program kredit usaha bagi petani, pemberdayaan petani lada. dan strategi pemasaran melalui Sertifikasi Indikasi Geografis.
Sedangkan tahun lalu, lokakarya yang dilaksanakan dalam rangkaian Hari Lada 2017 menghasilkan rekomendasi untuk pengembangan sektor lada nasional yang ditindaklanjuti melalui lokakarya tahun ini.
"Implementasi rekomendasi ini melibatkan banyak pemangku kepentingan yang tidak dapat berjalan sendiri. Karenanya, kita perlu kolaborasi secara kontinu untuk membuat pemangku kepentingan saling bersinergi dalam mengembangkan sektor lada,” pungkas Deny.
Sekilas Lada Indonesia
Dalam sejarah Indonesia, lada merupakan komoditas yang memegang peranan penting. Sejak akhir abad ke-16, Indonesia merupakan pemasok utama dalam perdagangan lada dunia. Hingga saat ini, lada masih menjadi salah satu jenis rempah yang memberikan kontribusi utama dalam penerimaan devisa negara.
Tahun 2017, produksi lada Indonesia sesuai data IPC adalah 70 ribu ton dengan pangsa pasar 13 persen. Indonesia merupakan negara produsen terbesar kedua setelah Vietnam.
Sebanyak 42 ribu ton lada diekspor dan menyumbangkan devisa bagi ekspor nonmigas Indonesia senilai USD 236 juta. Khusus lada putih, Indonesia berada di atas Vietnam. Produksi lada putih Indonesia sejumlah 40 ribu ton adalah nomor satu di dunia dengan pangsa pasar 37 persen.
Sedangkan Vietnam memproduksi lada putih sebanyak 25 ribu ton. Adapun negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Vietnam, Amerika Serikat, India, Singapura, dan Jerman.
Salah satu keunggulan lada Indonesia adalah telah memiliki sertifikasi Indikasi Geografis yaitu lada putih Muntok dan lada hitam Lampung.(*)